Semarang, adalah salah satu kota besar di
Indonesia. Kota dimana memiliki keanekaragaman etnis penduduk, agama, makanan,
dan bangunan indah yang memiliki nilai sejarah dan mengundang kesan mistis. Tak
heran banyak wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara tertarik untuk
datang menikmati keindahan dan keberagaman yang terdapat di Semarang. Tak
terkecuali seorang pelancong muda yang berasal dari warga negara Singapura,
Axel namanya. Dia sudah lama menjadi seorang backpacker. Sejak
ia duduk di bangku kuliah, ia sudah terbiasa melakukan travelling seorang diri.
Entah hanya melakukan travelling di daerah Singapura dan sekitarnya
Suatu ketika di tengah kesibukannya di
kampus, Seperti biasa Axel menggunakan waktu luangnya dengan browsing internet
di perpustakaan sambil menikmati kopi favoritnya yang biasa ia beli di
cafeteria di kompleks kampus. Di saat itu ia sedang asyik membuka suatu web
favoritnya. Di tengah keasyikan membuka dan membaca web favoritnya. Sambil
melihat-lihat dan mencari info tentang kota mana yang akan dia kunjungi. Di saat ia sedang sibuk mencari informasi tentang
kota yang akan ia kunjungi. Ia teringat dengan seorang temannya yang ia kenal
lewat social media. Kebetulan sewaktu itu ia pernah memajang foto tentang
bangunan bersejarah di Kota Semarang. Kebetulan teman yang ia kenal di social
media itu adalah seorang fotografer, Ardy namanya.
Malam harinya ia pun iseng membuka akun
facebooknya. Secara tak sengaja tak, ternyata saat itu Ardy juga sedang online
dengan akun facebooknya. Tanpa menunggu lama, Axel pun memulai chatnya dengan
Ardy. Axel pun menyampaikan pada Ardy kalau ia ingin sekali berkunjung ke
Semarang untuk mengisi libur kuliahnya. Membaca pesan Axel, Ardy pun mengatakan
kalau ia akan merasa sangat senang jika Axel mau berkunjung ke Semarang. Ardy
pun mengatakan kalau ia juga akan mempersilahkan Axel jikalau ia mencoba
menginap di rumahnya. Membaca kesan baik yang disampaikan Ardy, Axel pun mengatakan
nanti dalam waktu dekat ia akan memberi kabar lagi kapan ia akan berkunjung ke Semarang,
Ketika menjelang tidurnya, Axel pun
membayangkan dan berkhayal betapa senangnya jikalau ia dapat berkunjung ke
Semarang berfoto sambil menikmati sambil keindahan dan keunikan bangunan
bersejarah, Axel sendiri tidak sabar untuk segera ujian semester dan menikmati
liburannya di Semarang.
3 Minggu sebelum ujian semester, Axel sudah
mulai mempersiapkan segala keperluannya. Mulai dari penginapan dan tiket perjalanannya
pulang-pergi. Dan untuk itu semua berasal dari uang tabungan dan uang hariannya
tiap hari yang ia dapat dari orang tuanya. Axel pun juga tidak lupa untuk
memberi kabar pada Ardy tentang waktu kedatangannya. Kebetulan Ardy tidak ada
acara untuk saat itu. Ia pun mengiyakan permintaan Axel.
Akhirnya hari ini adalah hari terakhir ujian
semester. Axel pun setelah ujain selesai, ia segera pulang ke rumah. Karena ia
tidak mau ketingglan jadwal pesawat. Axel pun pergi ke bandara diantar oleh
ayahnya. Ia berjanji akan kembali dalam waktu 2 hari ke depan.
Di ruang tunggu bandara, sambil menunggu
jam terbang pesawat yang menuju ke Semarang. Tiba-tiba handphonenya bergetar,
ternyata setelah ia membukanya pesan WhatsApp dari Ardy sahabatnya. Ardy
menanyakan pukul berapa Axel berangkat dari Singapore. Axel pun membalas pesan
dan mengatakan kalau ia akan berangkat dari Singapore pukul 3 sore waktu
Singapore. Ardy pun mengiyakan pesan Axel dan berjanji akan menjemputnya di
bandara.
Akhirnya setelah menunggu jam terbang
yang cukup lama, akhirnya Axel pun tiba di Semarang dengan selamat. Axel pun
kemudian mencoba untuk menghubungi Ardy kalau ia sudah tiba di bandara. Tapi
ternyata handphonenya tidak bisa dihubungi.
Ketika dalam perjalanan menjemput
Axel, Ardy baru tersadar kalau handphonenya tertinggal di kamar, ketika harus
buru-buru mengantar adiknya ke kampus. Ardy pun memutuskan untuk pulang dahulu
mengambil handphonenya.
Axel pun memutuskan untuk tetap menunggu
Ardy untuk beberapa saat. Di tengah kegalauannya menunggu, tiba-tiba ada
seorang perempuan muda yang duduk di sebelahnya. Rupanya perempuan muda itu
juga sedang menunggu seseorang yang akan menjemputnya. Axel pun melihat
perempuan itu terlihat tampak gelisah menunggu jemputan yang tak kunjung
datang. Axel pun kemudian mencoba menyapa dan menanyakan dari dan akan kemana.
Perempuan muda itu sedang sibuk dengan handphone untuk menghubungi seseorang
kalau Axel sedang bertanya pada dirinya.
Tak lama kemudian perempuan muda itu menyadari kalau Axel menyapa dirinya. dan
terlalu sibuk handphonenya. Perempuan muda itu mengulurkan tangannya dan
mengajak Axel untuk berkenalan. Melihat perempuan muda itu mengajaknya berkenalan, Axel pun menyambut baik itu dan
mengulurkan tangannya lalu berkenalan dengan perempuan muda itu. Ternyata
perempuan muda itu bernama Tasya, ia juga berasal dari Medan. Ia pun baru
pertama kalinya ke Semarang untuk mengunjungi sahabatnya. Setelah mereka saling
berkenalan, Axel dan Tasya, mereka berdua pun akrab dan saling mengobrol. Saat itu,
handphonenya berbunyi, ternyata itu telp dari Ardy. Axel pun meminta ijn
sebentar untuk menyingkir mengangkat telp dari Ardy. Saat mengangkat telp, Axel
pun kemudian mengirimkan lokasi dimana ia berada. Tak lama kemudian dari Axel
pun kembali ke tempatnya sambil mengobrol dengan Tasya. Tak berapa lama, Axel
pun melihat Ardy sedang kebingungan mencari Axel karena banyaknya orang yang berlalu
lalang di bandara. Axel pun kemudian menghampiri Ardy. Saat bertemu dengan
Ardy, Axel pun merasa senang dapat bertemu dengan Ardy yang selama ini hanya ia
kenal melalui social media. Axel pun kemudian mengajak untuk bergabung
mengobrol dengan dirinya dan Tasya. Axel pun mengenalkan Tasya pada Ardy. Ia menceritakan
pada Ardy kalau ia juga baru pertama bertemu dengan Tasya. Setelah beberapa
saat mereka bertiga asyik mengobrol satu sama lain. Ardy pun mengajak Axel pulang dan menginap di rumahnya. Semula Axel
mennolak karrena ia takut merepotkan , tapi akhirnya ia pun mengiyakan tawaran
Ardy. Sebelum mereka pulang, Ardy menawarkan Tasya untuk mengantar di rumah
sahabatnya. . Tasya pun mengiyakan tawaran Ardy. Ia kemudian memberikan alamat
sahabatnya itu kepada Ardy. Dan ternyata rumah sahabat Tasya berada di daerah
Pandanaran. Ardy pun langsung mengetahui daerah itu. Ia mengatakan kalau daerah
Pandanaran itu kawasan oleh-oleh khas Semarang. Tasya pun baru teringat kalau
sahabatnya pernah mengatakan kalau orang tuanya memilliki toko oleh-oleh di
kawasan Pandanaran. Kemudian mereka bertiga pun pergi bersama.
Selama perjalanan, Ardy, Axel dan Tasya
mereka asyik mengobrol banyak hal. Selama perjalanan Ardy pun menjelaskan
secara sekilas nama tempat bersejarah di Semarang yang mereka lewati selama
perjalanan, salah satunya adalah Tugu Muda dan Lawang Sewu. Entah kenapa saat
melintasi Lawang Sewu, Axel merasa terkagum
dengan keindahan bangunan Lawang Sewu.
Axel merasa terkagum karena bangunan Lawang Sewu yang memiliki begitu
banyak pintu. Axel merasa tidak sabar untuk bisa berkunjung ke sana. Axel pun
menjanjikan pada Axel besok ia akan mengajaknya jalan-jalan mengunjungi
tempat-tempat bersejarah di Semarang. Ardy pun juga menawarkan pada Tasya jika
ia ingin ikut jalan-jalan lagi dengan Axel dan Ardy. Sekali lagi Tasya mengiyakan
tawaran Ardy dan Axel. Tak lupa mereka pun saling bertukar pin bb dan no
WhatsApp.
Setelah mereka mengantar Tasya ke rumah
sahabatnya yang terletak di kawasan Pandanaran. Ardy pun langsung membawa Axel
untuk menginap di rumahnya. Ardy pun menjelaskan kalau rumahnya berada di kawasan
Pecinan. Mendengar kata Pecinan, Axel pun merasa tertarik dan begitu penasaran.
Ardy pun mejelaskan pada Axel apa arti kata Pecinan. Pecinan adalah kawasan
dimana warga keturunan chinesse yang tinggal kawasan itu. Mendengar itu, Axel
langsung paham dan mengerti maksud itu. Karena bagi Axel tidak jauh berbeda dengan keadaaan di Singapura, tempat
ia tinggal.
Ketika memasuki kawasan Pecinan, Axel pun
melihat banyak sekali klenteng. Di sana ia melihat banyak orang keluar masuk
klenteng. Axel pun meminta Ardy untuk menghentikan mobilnya. Axel pun mengambil
kameranya dan turun dari mobil kemudian mengambil gambar. Dari dalam mobil,
Ardy baru menyadari kalau Axel juga seorang fotografer. Beberapa saat kemudian,
Axel pun kembali lagi ke dalam mobil. Di dalam mobil, Ardy pun menanyakan pada
Axel apakah dia juga seorang fotografer? Tapi Axel dengan rendah hati
mengatakan, kalau ia baru belajar menjadi fotografer, disela-sela ia menjadi
seorang mahasiswa.
Tak jauh dari lokasi klenteng tempat Axel
mengambil foto, Axel pun tiba di rumah Ardy. Di sana Axel pun disambut dengan
ramah dan baik oleh papi dan mami Ardy
yang masih sibuk mengurus toko. Ternyata rumah Ardy ada 2. Rumah yang pertama
biasa digunakan untuk berjualan kebutuhan pokok sehari-hari. Biasanya
barang-barang itu dijual secara grosir.
Saat itu Axel pun diajak untuk masuk dan melihat-lihat apa saja yang di
toko itu. Ketika masuk di toko, Axel pun mulai mengambil gambar para
distributor yang sibuk berlalu lalang menghantarkan barang-barang. Dan ia pun
juga para pelayan toko yang sedang sibuk melayani para pembeli. Axel pun juga mengsambil gambar seorang
pelayan toko yang sudah berusia lanjut tapi masih tetap bersemangat bekerja di
toko grosir milik keluarga Ardy. Tak hanya mengambil foto wanita tua berusia 65
tahun itu. Axel pun juga mengajak berkenalan dan bercengkrama dengannya. Ternyata setelah berkenalan ternyata
perempuan Tua bernama, Bi Darsih. Bi Darsi bekerja di toko grosir milik
Keluarga Ardy selama kurang lebih 25 tahun. Kira-kira waktu itu sewaktu Ardy
masih berusia 2 tahun, Bi Darsi mulai berkerja, di situ. Selama bekerja di
situ, Bi Darsi mampu menyekolahkan 2 anak laki-lakinya hingga perguruan tinggi
dan kini mereka sudah bekerja sebagai dokter dan arsitek. Sejak 5 tahun lalu
sejak suaminya meninggal karena penyakit paru—paru yang diderita, Bi Darsi
memenuhi kebutuhan sehari- hari dengan upah bekerja di toko milik keluarga
Ardy. Bi Darsi mengatakan walaupun kini kedua anaknya sudah berkeluarga dan
menjadi orang sukses, ia tidak ingin merepotkan kedua anaknya. Baginya upah
yang ia dapat selama bekerja di toko milik Keluarga Ardy sudah lebih dari cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari. Baginya, uang yang ia dapat dari
berkerja sudah cukup untuk makan sehari 3 kali. Mendengar semangat hidup Bi Darsi, Axel pun
semakin menyadari arti dari perjuangan orang tua dalam memenhi kebutuhan bagi
anak-anaknya. Axel pun semakin ingin
lebih mencintai kedua orang tuanya. Di akhir pembicaraannya dengan Bi Darsi,
Axel pun meminta tolong untuk berfoto berdua dengan Bi Darsi.
Setelah kurang lebih 20 menit Axel
melihat-lihat dan bercengkrama dengan para pelayan toko di toko milik keluarga
Ardy. Ardy pun kemudian mengajak Axel ke rumahnya untuk beristirahat. Rumah
Ardy ternyata tidak jauh dari toko grosir milik keluarganya. Jarak antara
rumah-toko hanya berjarak 3 rumah. Ketika itu, rumah Ardy masih sepi karena
kedua orang tuanya masih berada di toko dan sedangkan Vita adiknya biasa pulang
kuliah saat maghrib Ardy pun kemudian
membantu Axel membawa barang-barangnya dan menunjukkan kamar dimana tempat Axel
beristirahat malam ini. Saat masuk ke rumah Ardy, Axel sempat heran karena
ternyata rumah Ardy berukuran cukup besar dan
luas dan di dalamnya terdapat banyak kamar. Padahal yang ia tahu, jumlah
keluarga Ardy hanya 4 orang. Ardy pun menjelaskan kalau yang tinggal di
rumahnya tidak hanya keluarganya saja, tapi juga beberapa pelayan toko yang
dimana mereka adalah perantau dari luar kota, mereka juga tinggal bersama
dengan keluarga. Karena bagi keluarga Ardy para pelayan toko itu tidak hanya
sebatas pekerja atau pelayan, tapi mereka juga dianggap seperti keluarga,
bahkan sepertu anak. Dan Ardy juga bercerita kalau ada seorang pelayan toko
yang dulunya seorang lulusan SMP karena keterbatasan biaya, ia memutuskan
merantau ke kota dan bekerja di toko milik keluarga Ardy. Dan oleh keluarga
Ardy ia disekolahkan di sekolah menengah kejuruan. Dan setelah ia pulang sekolah,
ia pun mulai bekerja dengan bagian sift siang-sore. Ardy juga mengatakan kalau
para pelayan toko yang tinggal di rumahnya saat makan bersama mereka juga duduk
1 meja makan dengann keluarga Ardy. Karena bagi keluarga Ardy tidak ada istilah
tuan-pelayan, karena bagi Ardy dan keluarga kita semua sama. Mendengar itu,
Axel pun merasa senang dan beruntung bisa tinggal dan menginap di rumah Ardy.
Banyak nilai dan pelajaran yang ia dapatkan di sini.
Malam harinya, Ardy mengajak Axel wisata
kuliner malam di Kampung Semawis. Lokasi Kampung Semawis dengan rumah Ardy
tidak terlalu jauh. Mereka menutuskan untuk berjalan kaki saja, sambil
menikmati suasana dan keindahan Pecinan di malam hari. Ardy pun kemudian
mengajak Axel untuk makan di suatu tempat makan. Di sana Ardy mempersilahkan
Axel untuk memilih menu yang ia minati. Axel pun memilih cumi goreng mentega
dengan saus asam manis, sedangkan Ardy memilih menu kepiting asam manis
kesukaannya. Ardy pun juga memilih chinesse food lain seperti: fuyung hai, mie
goreng dan juga capjay. Ketika mereka berdua sedang menyantap makanan,
tiba-tiba hujan gerimis pun turun. Karena tidak membawa payung, mereka pun
menunggu hingga hujan berhenti. Mereka pun menikmati makanan sambil saling
bercerita tentang pengalaman mereka. Setelah kurang 1 jam mereka berada di sana
sambil menunggu gerimis reda. Ardy pun mengajak Axel untuk pulang. Karena saat
itu bau hujan masih teraasa dan membawa hawa dingin. Ardy pun mengajak Axel
sebentar ke sebuah penjual ronde. Cuaca dingin sehabis hujan saat itu, sangat
cocok jika menikmati ronde untuk menghangatkan badan. Axel pun mengatakan kalau
ia baru pertama kali menikmati wedang ronde. Axel pun mengatakan kalau rasa
ronde agak terasa pedas. Mendengar itu, Ardy pun berusaha menahan tawanya dan
menjelaskan kalau air untuk kuah wedang ronde itu terdapat campuran jahe jadi
rasanya agak terasa pedas.
Bangun pagi sebelum matahari terbit itu
sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan oleh Axel. Ia pun kemudian
membuka jendela kamarnya. Dari jendela kamarnya ia melihat para penjual di
pasar satu per satu satu berlalu lalang sibuk menggelar dagangannya. Aroma
bakaran hio dan dupa yang terdapat di klenteng di depan rumah Ardy juga tercium sampai ke kamar Axel.
Axel pun melihat ada sepasang suami istri yang sedang masuk ke dalam ke
klenteng untuk berdoa memohon rahmat dan perlindungan pada Tuhan Yang Maha
Kasih, “ah ternyata sungguh indah pengelihatan pagi ini” gumam Axel dari dalam
hatinya. Ia pun menyadari sejatinya tidak ada seorang pun manusia yang bisa
hidup kalau tidak mendapat anugrah luar biasa dari Tuhan Yang Maha Kasih. Tak lupa,
Axel pun segera mengambil kamera dan mengambil gambar dari jendela kamarnya
untuk sebuah pengelihatan yang sangat indah ini. Tak ketinggalan, ia pun juga
mengambil gambar ke arah timur untuk sebuah pemandangan matahari yang masih
malu-malu mengeluarkan sinarnya yang terasa menghangatkan tubuh setiap manusia.
Setelah puas mengambil dari atas jendela
kamar, Axel pun bersiap untuk mandi dan menikmati sarapan pagi bersama keluarga
Ardy.
Setelah selesai mandi dan berbenah, Axel
pun segera keluar dari kamarnya dan segera menyantap sarapan pagi bersama Ardy
dan keluarganya. Ketika sedang berada di ruang makan, kedua orang tua Ardy pun
menanyakan pada Axel pengalamannya setelah sehari semalam menginap di rumah
Ardy. Axel pun mengungkapkan kepuasan dan kenyamanannya bisa tinggal dan
menginap di rumah Ardy, apalagi keluarga Ardy menyambutnya dengan sangat ramah
dan sangat familiar. Keluarga Ardy tidak sungkan jika Axel berkunjung lagi ke
Semarang dan menginap lagi di rumah mereka. Karena bagi orang tua Ardy, Axel
sudah dianggap seperti anak mereka sendiri. Setelah selesai makan, Axel pun
kembali ke kamarnya untuk mengambil tas barang-barangnya. Saat ia hendak kelaur
meninggalkan kamar, Axel dalam hati bergumam sambil melihat sekeliling kamar,
“Terima kasih, karena sudah memberikanku banyak pengalaman dan pelajaran yang
bisa aku dapat, walau hanya 2 hari semalam. Semoga suatu saat nanti aku bisa
berkunjung lagi kemari.” Axel pun turun
dari kamarnya dan ia pun berpamitan pada kedua orang tua Ardy dan mengucapkan
terima kasih karena sudah diperkenankan menginap di rumah mereka. Orang tua
Ardy pun mengatakan kalau suatu saat Axel berkunjung lagi di Semarang, mereka
tidak keberatan jika Axel menginap lagi di rumah mereka. Dan sebelum Axel
pulang, kedua orang tua Ardy memberikan seseuatu “oleh-oleh” yang bisa Axel
bawa pulang ke Singapura. Axel pun juga mengatakan kalau suatu saat Ardy dan
keluarga berlibur ke Singapura, ia pun tidak keberatan jika menginap di
rumahnya. Setelah berpamitan,Ardy pun menepati janjinya untuk menemani Axel
mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan menarik di Semarang.
Ardy dan Axel pun memulai jalan-jalan
dengan mengujungi kota lama. Di sana
mereka melihat-lihat dan mengambil gambar di kota. Dengan kamera masing-masing,
Ardy dan Axel mulai mengambil gambar yang menurut mereka memiliki nilai
keindahan, seni, dan arsitektur yang berbeda-beda. Di sana juga banyak anak
muda seusia mereka yang juga asyik mengambil gambar bangunan kuno yang terdapat
di Kota Lama. Di tengah-tengah Kota Lama terdapat Gereja Kristen peninggalan
colonial Belanda, bernama Gereja Blenduk. Gereja itu memiliki arsitektur
Belanda yang unik, yaitu pada bagian atap berbentuk menggembung. Itulah
sebabnya mengapa diberi nama Gereja Blenduk.
Di halaman Gereja ada pemandangan yang tidak biasa bagi Axel, yaitu
sepasang calon pengantin yang mengambil foto pre-wedding di halaman Gereja
Blenduk. Axel pun dengan iseng mengambil gambar sepasang calon pengantin yang
sibuk berfoto pre-wedding di pelataran halaman Gereja Blenduk. Mereka pun mengambil gambar Kota Lama sambil
menikmati alunan lagu music keroncong yang dimainkan para pengamen keroncong jalanan
yang biasa mengamen di dekat Gereja Blenduk. Axel pun menghampiri para pengamen
keroncong jalanan itu dan memberinya uang karena alunan music itu memberinya
semangat dalam mengambil foto di Kota Lama. Setelah kurang lebih 1 jam mereka
puas menjelajah dan mengambil gambar di Kota Lama. Mereka pun segera meluncur
ke Lawang Sewu.
Ketika tiba di Lawang Sewu, Tasya dan
Rina sahabatnya sudah lebih dulu tiba di sana. Tanpa menunggu lama mereka
berempat segera membeli tiket dan masuk ke kawasan Lawang Sewu. Di sana Ardy
menyewa seorang tour guide yang akan menjelaskan sejarah berdirinya Lawang
Sewu. Tak lupa mereka berempat berfoto ria di bangunan megah dan bersejarah
yang konon katanya memiliki seribu pintu itu. Axel pun tak lupa mengambil foto
Lawang Sewu dengan kamera pribadinya. Tak ketinggalan mereka berempat mengambil
gambar di lorong bangunan megah yang konon memiliki seribu pintu itu. Oleh tour
guide juga menawarkan wisata yang cukup menantang adrenalin setiap pengunjung
yang ingin mencobanya yaitu mengunjungi penjara bawah tanah. Tapi sayang, tak ada satupun dari mereka
berempat yang berani menerima tantangan yang menguji adrenalin itu.
Setelah mereka puas menikmati keindahan
dan kemegahan bangunan Lawang Sewu.
Mereka berempat berlanjut mengunjungi Tugu Muda. Tugu yang berada di
tengah-tengah pusat kota Semarang dan menjadi lambang khas Kota Semarang. Tugu
Muda menjadi lambang dan simbol Pertempuran 5 Hari di Semarang yang terjadi
pada 15-19 Oktober 1945. Tugu yang menjadi saksi bisu bannyak nyawa melayang
demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia, terlebih mempertahankan Kota
Semarang dari tangan penjajah Jepang.
“Ah, sungguh sangat mengasyikan bisa
berwisata bersama para sahabat baruku ini. Terima kasih Semarang kau sudah memberikanku
banyak pengalaman lewat kekayaan budaya, sejarah, etnis dan kekayaan lain yang
tidak bisa sebutkan. Semoga suatu saat aku bisa mengunjungimu lagi di lain
kesempatan.”
Semarang, 17 April 2016
Pengagummu
Leonardo Axel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar