Minggu, 01 Mei 2016

Kisahku di Semarang






    Semarang, adalah salah satu kota besar di Indonesia. Kota dimana memiliki keanekaragaman etnis penduduk, agama, makanan, dan bangunan indah yang memiliki nilai sejarah dan mengundang kesan mistis. Tak heran banyak wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara tertarik untuk datang menikmati keindahan dan keberagaman yang terdapat di Semarang. Tak terkecuali seorang pelancong muda yang berasal dari warga negara Singapura, Axel namanya. Dia sudah lama menjadi seorang backpacker.   Sejak ia duduk di bangku kuliah, ia sudah terbiasa melakukan travelling seorang diri. Entah hanya melakukan travelling di daerah Singapura dan sekitarnya

    Suatu ketika di tengah kesibukannya di kampus, Seperti biasa Axel menggunakan waktu luangnya dengan browsing internet di perpustakaan sambil menikmati kopi favoritnya yang biasa ia beli di cafeteria di kompleks kampus. Di saat itu ia sedang asyik membuka suatu web favoritnya. Di tengah keasyikan membuka dan membaca web favoritnya. Sambil melihat-lihat dan mencari info tentang kota mana yang akan dia kunjungi.  Di saat ia sedang sibuk mencari informasi tentang kota yang akan ia kunjungi. Ia teringat dengan seorang temannya yang ia kenal lewat social media. Kebetulan sewaktu itu ia pernah memajang foto tentang bangunan bersejarah di Kota Semarang. Kebetulan teman yang ia kenal di social media itu adalah seorang fotografer, Ardy namanya.
      Malam harinya ia pun iseng membuka akun facebooknya. Secara tak sengaja tak, ternyata saat itu Ardy juga sedang online dengan akun facebooknya. Tanpa menunggu lama, Axel pun memulai chatnya dengan Ardy. Axel pun menyampaikan pada Ardy kalau ia ingin sekali berkunjung ke Semarang untuk mengisi libur kuliahnya. Membaca pesan Axel, Ardy pun mengatakan kalau ia akan merasa sangat senang jika Axel mau berkunjung ke Semarang. Ardy pun mengatakan kalau ia juga akan mempersilahkan Axel jikalau ia mencoba menginap di rumahnya. Membaca kesan baik yang disampaikan Ardy, Axel pun mengatakan nanti dalam waktu dekat ia akan memberi kabar lagi  kapan ia akan berkunjung ke Semarang,
         Ketika menjelang tidurnya, Axel pun membayangkan dan berkhayal betapa senangnya jikalau ia dapat berkunjung ke Semarang berfoto sambil menikmati sambil keindahan dan keunikan bangunan bersejarah, Axel sendiri tidak sabar untuk segera ujian semester dan menikmati liburannya di Semarang.
   3 Minggu sebelum ujian semester, Axel sudah mulai mempersiapkan segala keperluannya. Mulai dari penginapan dan tiket perjalanannya pulang-pergi. Dan untuk itu semua berasal dari uang tabungan dan uang hariannya tiap hari yang ia dapat dari orang tuanya. Axel pun juga tidak lupa untuk memberi kabar pada Ardy tentang waktu kedatangannya. Kebetulan Ardy tidak ada acara untuk saat itu. Ia pun mengiyakan permintaan Axel.
      Akhirnya hari ini adalah hari terakhir ujian semester. Axel pun setelah ujain selesai, ia segera pulang ke rumah. Karena ia tidak mau ketingglan jadwal pesawat. Axel pun pergi ke bandara diantar oleh ayahnya. Ia berjanji akan kembali dalam waktu 2 hari ke depan.
       Di ruang tunggu bandara, sambil menunggu jam terbang pesawat yang menuju ke Semarang. Tiba-tiba handphonenya bergetar, ternyata setelah ia membukanya pesan WhatsApp dari Ardy sahabatnya. Ardy menanyakan pukul berapa Axel berangkat dari Singapore. Axel pun membalas pesan dan mengatakan kalau ia akan berangkat dari Singapore pukul 3 sore waktu Singapore. Ardy pun mengiyakan pesan Axel dan berjanji akan menjemputnya di bandara.
        Akhirnya setelah menunggu jam terbang yang cukup lama, akhirnya Axel pun tiba di Semarang dengan selamat. Axel pun kemudian mencoba untuk menghubungi Ardy kalau ia sudah tiba di bandara. Tapi ternyata handphonenya tidak bisa dihubungi.
         Ketika dalam perjalanan menjemput Axel, Ardy baru tersadar kalau handphonenya tertinggal di kamar, ketika harus buru-buru mengantar adiknya ke kampus. Ardy pun memutuskan untuk pulang dahulu mengambil handphonenya.
        Axel pun memutuskan untuk tetap menunggu Ardy untuk beberapa saat. Di tengah kegalauannya menunggu, tiba-tiba ada seorang perempuan muda yang duduk di sebelahnya. Rupanya perempuan muda itu juga sedang menunggu seseorang yang akan menjemputnya. Axel pun melihat perempuan itu terlihat tampak gelisah menunggu jemputan yang tak kunjung datang. Axel pun kemudian mencoba menyapa dan menanyakan dari dan akan kemana. Perempuan muda itu sedang sibuk dengan handphone untuk menghubungi seseorang kalau Axel sedang  bertanya pada dirinya. Tak lama kemudian perempuan muda itu menyadari kalau Axel menyapa dirinya.  dan  terlalu sibuk handphonenya. Perempuan muda itu mengulurkan tangannya dan mengajak Axel untuk berkenalan. Melihat perempuan muda itu mengajaknya  berkenalan, Axel pun menyambut baik itu dan mengulurkan tangannya lalu berkenalan dengan perempuan muda itu. Ternyata perempuan muda itu bernama Tasya, ia juga berasal dari Medan. Ia pun baru pertama kalinya ke Semarang untuk mengunjungi sahabatnya. Setelah mereka saling berkenalan, Axel dan Tasya, mereka berdua pun akrab dan saling mengobrol. Saat itu, handphonenya berbunyi, ternyata itu telp dari Ardy. Axel pun meminta ijn sebentar untuk menyingkir mengangkat telp dari Ardy. Saat mengangkat telp, Axel pun kemudian mengirimkan lokasi dimana ia berada. Tak lama kemudian dari Axel pun kembali ke tempatnya sambil mengobrol dengan Tasya. Tak berapa lama, Axel pun melihat Ardy sedang kebingungan mencari Axel karena banyaknya orang yang berlalu lalang di bandara. Axel pun kemudian menghampiri Ardy. Saat bertemu dengan Ardy, Axel pun merasa senang dapat bertemu dengan Ardy yang selama ini hanya ia kenal melalui social media. Axel pun kemudian mengajak untuk bergabung mengobrol dengan dirinya dan Tasya. Axel pun mengenalkan Tasya pada Ardy. Ia menceritakan pada Ardy kalau ia juga baru pertama bertemu dengan Tasya. Setelah beberapa saat mereka bertiga asyik mengobrol satu sama lain. Ardy pun mengajak Axel  pulang dan menginap di rumahnya. Semula Axel mennolak karrena ia takut merepotkan , tapi akhirnya ia pun mengiyakan tawaran Ardy. Sebelum mereka pulang, Ardy menawarkan Tasya untuk mengantar di rumah sahabatnya. . Tasya pun mengiyakan tawaran Ardy. Ia kemudian memberikan alamat sahabatnya itu kepada Ardy. Dan ternyata rumah sahabat Tasya berada di daerah Pandanaran. Ardy pun langsung mengetahui daerah itu. Ia mengatakan kalau daerah Pandanaran itu kawasan oleh-oleh khas Semarang. Tasya pun baru teringat kalau sahabatnya pernah mengatakan kalau orang tuanya memilliki toko oleh-oleh di kawasan Pandanaran. Kemudian mereka bertiga pun pergi bersama.
       Selama perjalanan, Ardy, Axel dan Tasya mereka asyik mengobrol banyak hal. Selama perjalanan Ardy pun menjelaskan secara sekilas nama tempat bersejarah di Semarang yang mereka lewati selama perjalanan, salah satunya adalah Tugu Muda dan Lawang Sewu. Entah kenapa saat melintasi Lawang Sewu, Axel merasa terkagum  dengan keindahan bangunan Lawang Sewu.  Axel merasa terkagum karena bangunan Lawang Sewu yang memiliki begitu banyak pintu. Axel merasa tidak sabar untuk bisa berkunjung ke sana. Axel pun menjanjikan pada Axel besok ia akan mengajaknya jalan-jalan mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Semarang. Ardy pun juga menawarkan pada Tasya jika ia ingin ikut jalan-jalan lagi dengan Axel dan Ardy. Sekali lagi Tasya mengiyakan tawaran Ardy dan Axel. Tak lupa mereka pun saling bertukar pin bb dan no WhatsApp.
       Setelah mereka mengantar Tasya ke rumah sahabatnya yang terletak di kawasan Pandanaran. Ardy pun langsung membawa Axel untuk menginap di rumahnya. Ardy pun menjelaskan kalau rumahnya berada di kawasan Pecinan. Mendengar kata Pecinan, Axel pun merasa tertarik dan begitu penasaran. Ardy pun mejelaskan pada Axel apa arti kata Pecinan. Pecinan adalah kawasan dimana warga keturunan chinesse yang tinggal kawasan itu. Mendengar itu, Axel langsung paham dan mengerti maksud itu. Karena bagi Axel tidak jauh  berbeda dengan keadaaan di Singapura, tempat ia tinggal.
      Ketika memasuki kawasan Pecinan, Axel pun melihat banyak sekali klenteng. Di sana ia melihat banyak orang keluar masuk klenteng. Axel pun meminta Ardy untuk menghentikan mobilnya. Axel pun mengambil kameranya dan turun dari mobil kemudian mengambil gambar. Dari dalam mobil, Ardy baru menyadari kalau Axel juga seorang fotografer. Beberapa saat kemudian, Axel pun kembali lagi ke dalam mobil. Di dalam mobil, Ardy pun menanyakan pada Axel apakah dia juga seorang fotografer? Tapi Axel dengan rendah hati mengatakan, kalau ia baru belajar menjadi fotografer, disela-sela ia menjadi seorang mahasiswa.
      Tak jauh dari lokasi klenteng tempat Axel mengambil foto, Axel pun tiba di rumah Ardy. Di sana Axel pun disambut dengan ramah dan baik  oleh papi dan mami Ardy yang masih sibuk mengurus toko. Ternyata rumah Ardy ada 2. Rumah yang pertama biasa digunakan untuk berjualan kebutuhan pokok sehari-hari. Biasanya barang-barang itu dijual secara grosir.  Saat itu Axel pun diajak untuk masuk dan melihat-lihat apa saja yang di toko itu. Ketika masuk di toko, Axel pun mulai mengambil gambar para distributor yang sibuk berlalu lalang menghantarkan barang-barang. Dan ia pun juga para pelayan toko yang sedang sibuk melayani para pembeli.  Axel pun juga mengsambil gambar seorang pelayan toko yang sudah berusia lanjut tapi masih tetap bersemangat bekerja di toko grosir milik keluarga Ardy. Tak hanya mengambil foto wanita tua berusia 65 tahun itu. Axel pun juga mengajak berkenalan dan bercengkrama dengannya.  Ternyata setelah berkenalan ternyata perempuan Tua bernama, Bi Darsih. Bi Darsi bekerja di toko grosir milik Keluarga Ardy selama kurang lebih 25 tahun. Kira-kira waktu itu sewaktu Ardy masih berusia 2 tahun, Bi Darsi mulai berkerja, di situ. Selama bekerja di situ, Bi Darsi mampu menyekolahkan 2 anak laki-lakinya hingga perguruan tinggi dan kini mereka sudah bekerja sebagai dokter dan arsitek. Sejak 5 tahun lalu sejak suaminya meninggal karena penyakit paru—paru yang diderita, Bi Darsi memenuhi kebutuhan sehari- hari dengan upah bekerja di toko milik keluarga Ardy. Bi Darsi mengatakan walaupun kini kedua anaknya sudah berkeluarga dan menjadi orang sukses, ia tidak ingin merepotkan kedua anaknya. Baginya upah yang ia dapat selama bekerja di toko milik Keluarga Ardy sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari. Baginya, uang yang ia dapat dari berkerja sudah cukup untuk makan sehari 3 kali.  Mendengar semangat hidup Bi Darsi, Axel pun semakin menyadari arti dari perjuangan orang tua dalam memenhi kebutuhan bagi anak-anaknya.  Axel pun semakin ingin lebih mencintai kedua orang tuanya. Di akhir pembicaraannya dengan Bi Darsi, Axel pun meminta tolong untuk berfoto berdua dengan Bi Darsi.
      Setelah kurang lebih 20 menit Axel melihat-lihat dan bercengkrama dengan para pelayan toko di toko milik keluarga Ardy. Ardy pun kemudian mengajak Axel ke rumahnya untuk beristirahat. Rumah Ardy ternyata tidak jauh dari toko grosir milik keluarganya. Jarak antara rumah-toko hanya berjarak 3 rumah. Ketika itu, rumah Ardy masih sepi karena kedua orang tuanya masih berada di toko dan sedangkan Vita adiknya biasa pulang kuliah  saat maghrib Ardy pun kemudian membantu Axel membawa barang-barangnya dan menunjukkan kamar dimana tempat Axel beristirahat malam ini. Saat masuk ke rumah Ardy, Axel sempat heran karena ternyata rumah Ardy berukuran cukup besar dan  luas dan di dalamnya terdapat banyak kamar. Padahal yang ia tahu, jumlah keluarga Ardy hanya 4 orang. Ardy pun menjelaskan kalau yang tinggal di rumahnya tidak hanya keluarganya saja, tapi juga beberapa pelayan toko yang dimana mereka adalah perantau dari luar kota, mereka juga tinggal bersama dengan keluarga. Karena bagi keluarga Ardy para pelayan toko itu tidak hanya sebatas pekerja atau pelayan, tapi mereka juga dianggap seperti keluarga, bahkan sepertu anak. Dan Ardy juga bercerita kalau ada seorang pelayan toko yang dulunya seorang lulusan SMP karena keterbatasan biaya, ia memutuskan merantau ke kota dan bekerja di toko milik keluarga Ardy. Dan oleh keluarga Ardy ia disekolahkan di sekolah menengah kejuruan. Dan setelah ia pulang sekolah, ia pun mulai bekerja dengan bagian sift siang-sore. Ardy juga mengatakan kalau para pelayan toko yang tinggal di rumahnya saat makan bersama mereka juga duduk 1 meja makan dengann keluarga Ardy. Karena bagi keluarga Ardy tidak ada istilah tuan-pelayan, karena bagi Ardy dan keluarga kita semua sama. Mendengar itu, Axel pun merasa senang dan beruntung bisa tinggal dan menginap di rumah Ardy. Banyak nilai dan pelajaran yang ia dapatkan di sini.
     Malam harinya, Ardy mengajak Axel wisata kuliner malam di Kampung Semawis. Lokasi Kampung Semawis dengan rumah Ardy tidak terlalu jauh. Mereka menutuskan untuk berjalan kaki saja, sambil menikmati suasana dan keindahan Pecinan di malam hari. Ardy pun kemudian mengajak Axel untuk makan di suatu tempat makan. Di sana Ardy mempersilahkan Axel untuk memilih menu yang ia minati. Axel pun memilih cumi goreng mentega dengan saus asam manis, sedangkan Ardy memilih menu kepiting asam manis kesukaannya. Ardy pun juga memilih chinesse food lain seperti: fuyung hai, mie goreng dan juga capjay. Ketika mereka berdua sedang menyantap makanan, tiba-tiba hujan gerimis pun turun. Karena tidak membawa payung, mereka pun menunggu hingga hujan berhenti. Mereka pun menikmati makanan sambil saling bercerita tentang pengalaman mereka. Setelah kurang 1 jam mereka berada di sana sambil menunggu gerimis reda. Ardy pun mengajak Axel untuk pulang. Karena saat itu bau hujan masih teraasa dan membawa hawa dingin. Ardy pun mengajak Axel sebentar ke sebuah penjual ronde. Cuaca dingin sehabis hujan saat itu, sangat cocok jika menikmati ronde untuk menghangatkan badan. Axel pun mengatakan kalau ia baru pertama kali menikmati wedang ronde. Axel pun mengatakan kalau rasa ronde agak terasa pedas. Mendengar itu, Ardy pun berusaha menahan tawanya dan menjelaskan kalau air untuk kuah wedang ronde itu terdapat campuran jahe jadi rasanya agak terasa pedas.
       Bangun pagi sebelum matahari terbit itu sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan oleh Axel. Ia pun kemudian membuka jendela kamarnya. Dari jendela kamarnya ia melihat para penjual di pasar satu per satu satu berlalu lalang sibuk menggelar dagangannya. Aroma bakaran hio dan dupa yang terdapat di klenteng di depan  rumah Ardy juga tercium sampai ke kamar Axel. Axel pun melihat ada sepasang suami istri yang sedang masuk ke dalam ke klenteng untuk berdoa memohon rahmat dan perlindungan pada Tuhan Yang Maha Kasih, “ah ternyata sungguh indah pengelihatan pagi ini” gumam Axel dari dalam hatinya. Ia pun menyadari sejatinya tidak ada seorang pun manusia yang bisa hidup kalau tidak mendapat anugrah luar biasa dari Tuhan Yang Maha Kasih. Tak lupa, Axel pun segera mengambil kamera dan mengambil gambar dari jendela kamarnya untuk sebuah pengelihatan yang sangat indah ini. Tak ketinggalan, ia pun juga mengambil gambar ke arah timur untuk sebuah pemandangan matahari yang masih malu-malu mengeluarkan sinarnya yang terasa menghangatkan tubuh setiap manusia. Setelah puas mengambil  dari atas jendela kamar, Axel pun bersiap untuk mandi dan menikmati sarapan pagi bersama keluarga Ardy.
     Setelah selesai mandi dan berbenah, Axel pun segera keluar dari kamarnya dan segera menyantap sarapan pagi bersama Ardy dan keluarganya. Ketika sedang berada di ruang makan, kedua orang tua Ardy pun menanyakan pada Axel pengalamannya setelah sehari semalam menginap di rumah Ardy. Axel pun mengungkapkan kepuasan dan kenyamanannya bisa tinggal dan menginap di rumah Ardy, apalagi keluarga Ardy menyambutnya dengan sangat ramah dan sangat familiar. Keluarga Ardy tidak sungkan jika Axel berkunjung lagi ke Semarang dan menginap lagi di rumah mereka. Karena bagi orang tua Ardy, Axel sudah dianggap seperti anak mereka sendiri. Setelah selesai makan, Axel pun kembali ke kamarnya untuk mengambil tas barang-barangnya. Saat ia hendak kelaur meninggalkan kamar, Axel dalam hati bergumam sambil melihat sekeliling kamar, “Terima kasih, karena sudah memberikanku banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa aku dapat, walau hanya 2 hari semalam. Semoga suatu saat nanti aku bisa berkunjung lagi kemari.”  Axel pun turun dari kamarnya dan ia pun berpamitan pada kedua orang tua Ardy dan mengucapkan terima kasih karena sudah diperkenankan menginap di rumah mereka. Orang tua Ardy pun mengatakan kalau suatu saat Axel berkunjung lagi di Semarang, mereka tidak keberatan jika Axel menginap lagi di rumah mereka. Dan sebelum Axel pulang, kedua orang tua Ardy memberikan seseuatu “oleh-oleh” yang bisa Axel bawa pulang ke Singapura. Axel pun juga mengatakan kalau suatu saat Ardy dan keluarga berlibur ke Singapura, ia pun tidak keberatan jika menginap di rumahnya. Setelah berpamitan,Ardy pun menepati janjinya untuk menemani Axel mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan menarik di Semarang.
        Ardy dan Axel pun memulai jalan-jalan dengan mengujungi kota lama.  Di sana mereka melihat-lihat dan mengambil gambar di kota. Dengan kamera masing-masing, Ardy dan Axel mulai mengambil gambar yang menurut mereka memiliki nilai keindahan, seni, dan arsitektur yang berbeda-beda. Di sana juga banyak anak muda seusia mereka yang juga asyik mengambil gambar bangunan kuno yang terdapat di Kota Lama. Di tengah-tengah Kota Lama terdapat Gereja Kristen peninggalan colonial Belanda, bernama Gereja Blenduk. Gereja itu memiliki arsitektur Belanda yang unik, yaitu pada bagian atap berbentuk menggembung. Itulah sebabnya mengapa diberi nama Gereja Blenduk.   Di halaman Gereja ada pemandangan yang tidak biasa bagi Axel, yaitu sepasang calon pengantin yang mengambil foto pre-wedding di halaman Gereja Blenduk. Axel pun dengan iseng mengambil gambar sepasang calon pengantin yang sibuk berfoto pre-wedding di pelataran halaman Gereja Blenduk.  Mereka pun mengambil gambar Kota Lama sambil menikmati alunan lagu music keroncong yang dimainkan para pengamen keroncong jalanan yang biasa mengamen di dekat Gereja Blenduk. Axel pun menghampiri para pengamen keroncong jalanan itu dan memberinya uang karena alunan music itu memberinya semangat dalam mengambil foto di Kota Lama. Setelah kurang lebih 1 jam mereka puas menjelajah dan mengambil gambar di Kota Lama. Mereka pun segera meluncur ke Lawang Sewu.
         Ketika tiba di Lawang Sewu, Tasya dan Rina sahabatnya sudah lebih dulu tiba di sana. Tanpa menunggu lama mereka berempat segera membeli tiket dan masuk ke kawasan Lawang Sewu. Di sana Ardy menyewa seorang tour guide yang akan menjelaskan sejarah berdirinya Lawang Sewu. Tak lupa mereka berempat berfoto ria di bangunan megah dan bersejarah yang konon katanya memiliki seribu pintu itu. Axel pun tak lupa mengambil foto Lawang Sewu dengan kamera pribadinya. Tak ketinggalan mereka berempat mengambil gambar di lorong bangunan megah yang konon memiliki seribu pintu itu. Oleh tour guide juga menawarkan wisata yang cukup menantang adrenalin setiap pengunjung yang ingin mencobanya yaitu mengunjungi penjara bawah tanah.  Tapi sayang, tak ada satupun dari mereka berempat yang berani menerima tantangan yang menguji adrenalin itu.
        Setelah mereka puas menikmati keindahan dan kemegahan bangunan Lawang Sewu.  Mereka berempat berlanjut mengunjungi Tugu Muda. Tugu yang berada di tengah-tengah pusat kota Semarang dan menjadi lambang khas Kota Semarang. Tugu Muda menjadi lambang dan simbol Pertempuran 5 Hari di Semarang yang terjadi pada 15-19 Oktober 1945. Tugu yang menjadi saksi bisu bannyak nyawa melayang demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia, terlebih mempertahankan Kota Semarang dari tangan penjajah Jepang.
           “Ah, sungguh sangat mengasyikan bisa berwisata bersama para sahabat baruku ini. Terima kasih Semarang kau sudah memberikanku banyak pengalaman lewat kekayaan budaya, sejarah, etnis dan kekayaan lain yang tidak bisa sebutkan. Semoga suatu saat aku bisa mengunjungimu lagi di lain kesempatan.”

Semarang, 17 April 2016
         Pengagummu

        Leonardo Axel


          

                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar