Adisty
adalah seorang gadis yang saat ini sedang duduk di bangku SMA. Saat ini Disty yang sudah menyelesaikan
ujian nasional sedang sibuk memikirkan masa depan, apakah dia akan bekerja atau
kuliah. Disty pun berkeinginan kuat untuk bekerja. Di satu sisi kedua orang tua
Disty mengarahkan Disty untuk kuliah, seperti kedua kakaknya yang lain. Kedua
orang tuanya pun meyakinkan Disty, kalau
mereka masih mampu untuk membiayai kuliah Disty. Di tengah kegalauannya dalam
memikirkan masa depannya. Disty pun berusaha untuk menceritakan pengalamannya
ini pada Kiki sahabatnya. Disty pun menceritakan perasaan melalui chat. Tapi
tak lama Kiki pun membalas chat dari Disty. Ia pun mengatakan kalau esok Kiki
mengajak Disty untuk mengobrol di café tempat mereka biasa nongkrong.
Sore
itu Disty pun sudah datang lebih awal di café tempat mereka nongkrong. Tak lama
kemudian Kiki pun datang dan ia pun langsung menemukan Disty. Disty pun yang
melihat sahabatnya telah tiba, segera memanggil pelayan untuk memesan menu yang
diinginkan oleh Disty. Tak menunggu lama, coklat panas yang dipesan oleh Kiki
pun akhirnya tiba. Mereka pun kemudian
saling megutarakan apa yang menjadi kegalauan mereka. Disty pun kemudian yang
memulai pembicaraan tentang perasaanya, Di depan Kiki, Disty menceritakann mengenai
perasaan terutama menyangkut masa depannya. Apakah ia harus menuruti keinginan
kedua orang tuanya untuk melanjutkan kuliah atau ia harus menuruti keinginannya
untuk bekerja. Kiki pun menyarakan Disty agar ia menuruti apa yang menjadi
saran dari kedua orang tuanya. Ketika mendengar saran yang dikatakan oleh Kiki,
Disty pun menjadi diam sejenak. Ia pun
merenungkan dalam hati kalau apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu ada
benarnya juga. Kemudian Disty pun berusaha mengalihkan pembicaraan,dan
menanyakan pada Kiki kalau ia juga ingin mengatakan sesuatu pada Disty. Kiki
pun sebelumnya terlihat ceria, tiba-tiba air mukanya berubah 180 derajat. Kiki
pun kemudian menangis sambil memeluk sahabatnya. Disty pun menjadi bingung
ketika sahabat terbaiknya itu menangis. Setelah beberapa saat kemudian Kiki pun
merasa sedikit tenang dan menceritakan apa yang membuatnya menangis. Kiki pun
akhirnya dengan berat hati menceritakan pada Disty kalau ia harus melanjutkan
study di Australia. Mendengar itu, Disty pun tertawa dan ia sendiri ikut senang
kalau sahabatnya berhasil kuliah di luar negeri. Kiki pun merasa heran dengan
sahabatnya itu. Kiki pun dengan jujur mengatakan kalau ia tidak menceritakan
ini pada teman-temannya di sekolah karena ia tidak mau dianggap sombong dan
pamer. Kiki sendiri sebenarnya ingin
kuliah di sini saja. Mendengar kegalauan itu, Disty pun mensupport Kiki
sahabatnya itu. Dan ia pun juga mengatakan kalau pun mereka terpisah dengan
jarak, tapi masih bisa berkomunikasi. Apalagi zaman sekarang apa sih yang nggak
ditembus dengan internet. Mendengar kata-kata Disty, Kiki pun yang semula galau
dan sedih, akhirnya tersenyum sampai-sampai pipinya pun memerah. Disty pun
menanyakan kapan Kiki akan berangkat ke Australia. Kiki pun berkata dengan
suara pelan, kalau esok pagi ia akan berangkat ke Australia. Mendengar itu Disty pun tidak menyangka kalau
sahabatnya secepat itu meninggalkannya. Tapi walaupun begitu Disty harus tetap
merasa tegar dan kuat di depan Kiki. Di depan Kiki, Disty tetap mensupport
sahabat terbaiknya itu. Sebelum mereka
berpisah, Kiki mengeluarkan suatu kado yang diberikan special untuk Disty
sahabatnya. Mereka pun kemudian saling berpelukan ketika akan berpisah. Kiki
pun berjanji, jikalau liburan semester ia akan pulang berlibur di Indonesia.
Malam
harinya Disty pun tidak bisa tidur, ia masih galau memikirkan apa ia harus menerima
tawaran kedua orang tuanya untuk melanjutkan kuliah. Di tengah kegalauannya
itu, ia berharap agar Tuhan memberinya petunjuk dan jalan terbaik
untuknya.
Esok
harinya ketika mereka sedang makan pagi bersama, Disty pun memutuskan untuk
mengutarakan niatnya kepada kedua orang tuanya. Disty pun mengatakan kalau
selama masa liburannya ia akan berkerja. Tapi nantinya setelah tiga bulan masa
liburannya berakhir ia akan fokus melanjutkan kuliah. Mendengar keputusan
Disty, kedua orang tuanya pun merasa bangga pada keputusan Disty yang bersikap
dewasa. Dan kedua orang mengijinkan Disty, dan Disty pun mencoba melamar pekerjaan di sebuah
penerbit dan percetakan buku. Di sana Disty pun diterima berkerja di tempat itu
sebagai editor naskah. Di samping kesibukannya menjadi editor naskah , ia juga
mencari informasi mengenai jurusan dan universitas yang ia minati. Ia pun
kemudian memutuskan untuk membicarakan
dulu dengan kedua orang tuanya untuk memilih jurusan yang ia minati.
Malam
harinya ketika makan malam bersama, Disty pun kemudian mengatakan pada kedua
orang tuanya kalau ia sudah memilih jurusan A di universitas B. Mendengar itu
kedua orang tuanya mendukung dengan jurusan yang Disty minati, dan akan
membiayai kuliahnya. Mendengar itu Disty pun berjanji akan menekuni jurusan
yang ia ambil. Mendengar itu kedua orang tuanya merasa senang karena anak
mereka sudah bisa berpikir dewasa. Setelah itu Disty pun mempersiapkan
berkas-berkas yang diperlukan untuk mendafttar di universitas tersebut.
Esok harinya Disty pun meminta ijin pada
atasannya untuk mendaftar kuliah. Disty kemudian segera meuju ke kampus yang
dituju. Ketika di dalam bis, Disty pun berharap dalam hati kalau ia bisa
diterima dan dapat berkuliah di universitas tersebut. ketika Disty hendak masuk
ke ruang pendaftaran tiba-tiba Disty pun ditabrak secara tidak sengaja oleh
seorang pria yang sepertinya juga akan mendaftar di kampus itu. Laki-laki itu
yang sedang terburu-buru itu, meminta maaf dan membantu Disty merapikan
barang-barangnya. Disty pun dengan perasaan kesal, ia pun pergi meninggalkan laki-laki
itu.
Setelah 3 jam Disty selesai mengurus
administrasi pendaftaran. Disty pun memutuskan untuk kembali ke kantor. Karena
ketika itu jam kerja belum usai. Setelah kurang lebih 15 menit menunggu
angkutan umum yang tak kunjung datang, Disty pun kemudian memutuskan untuk
menunggu saja. Di tengah kebosanannya menunggu angkutan umum yang tak kunjung
datang, tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengendarai motor berhenti di
hadapannya. Disty pun tidak merasa mengenal lelaki itu. Ia pun berusaha untuk cuek dengan pria yang
berhenti di hadapannya. Pria itu pun kemudian turun dari motornya lalu membuka
helm dan maskernya. Ternyata lelaki itu adalah orang yang telah menabraknya
tadi ketika di loket pembellian formulir. Disty pun kemudian berusaha untuk
cuek dan jual mahal dengan laki-laki itu.
Kemudian laki-laki itu turun dari motornya dan menayakan pada Disty
mengapa ia berdiri di situ. Disty pun yang semula berusaha untuk cuek dan jual
mahal, akhirnya luluh dan mau berbicara dengan lelaki itu. Mereka berdua pun
akhirnya saling berkenalan. Ternyata lelaki itu bernama Kevin, ia juga
mengambil jurusan yang sama dengan Disty. Disty pun yang berjabat tangan dengan
Kevin, sedikit merasa malu-malu dan merasa senang karena ia sudah bisa
mendapatkan teman baru. Setelah mereka saling berkenalan Kevin pun menawarkan
diri untuk mengantarkan Disty, kebutulan mereka searah. Sepanjang perjalanan,
mereka berdua asyik mengobrol dengan akrab.
Ketika
mereka berdua sedang asyik mengobrol diperjalanan. Kevin pun mengajak Disty
untuk makan berdua di sebuah café. Disty pun semula menolak ajakan Kevin, tapi
apa boleh buat kalau Kevin yang
mengajaknya. Kata Kevin, itung-itung itu membayar kesalahannya tadi pagi ketika
sedang mendaftar di kampus. Kevin pun meyuruh Disty untuk memilih lebih dulu
menu makanan-minuman yang akan dipesannya. Sambil menunggu makanan mereka
tersaji di meja, Kevin menanyakan pada Disty secara lebih, terutama tentang
keluarganya. Setelah Disty menceritakan tentang dirinya dan keluarganya, Disty
pun bergantian menanyakan tentang keluarga Kevin. Kevin menceritakan tentang
keluarganya. Kevin sendiri menceritakan kalau ia di sini sebagai perantau. untuk
menambah pengalamannya dalam berkerja. Kedua orang tua Kevin juga masih mampu
untuk membiayai kuliaj Kevin, tanpa ia harus susah-susah bekerja untuk
mengumpulkan uang. Mendengar cerita dari
Kevin, Disty pun semakin termotivasi untuk bisa seperti itu. Setelah kurang
lebih setengah jam mereka berada di café itu. Kevin pun kemudian mengantarkan
Disty kembali ke kantornya.
Setelah
kurang lebih tiga jam Disty berada di kantor, untuk menyelesaikan editan buku
yang akan terbit minggu depan, Disty pun memutuskan untuk pulang ke rumah.
Setibanya di rumah kedua orang tuanya
sedang menonton tv di ruang keluarga. Disty pun yang teerasa lelah dan capek
setelah seharian bekerja dan mengurus pendaftaran, tidak langsung menuju ke
kamar untuk beristirahat. Ia pun segera menghampiri kedua orang tuanya dan menceritakan
bagaimana ia bisa mengurus pendaftaran di kampus. Disty pun juga menceritakan
kalau tadi ia juga bertemu dengan teman baru, Kevin namanya. Disty pun menceritakan bagaimana ia bertemu
dengan Kevin, ia pun juga mengatakan kalau Kevin yang mengantarkannya dari
kampus ke kantor. Mendengar itu orang
merasa senang cerita dari Disty. Karena anak mereka sudah bisa mendapatkan
teman baru di kampus. Setelah itu Disty pun ijin pada kedua orang tuanya untuk
mandi dan segera beristirahat di kamar.
Setelah
selesai mandi dan makan malam, Disty pun
memutuskan untuk bersantai dan beristirahat di kamarnya sambil menyelesaikan
editan buku yang belum rampung. Ia pun seharian belum sempat membuka hp karena
saking banyaknya pekerjaan kantor. Ia pun iseng membuka hp nya dan ternyata
Kevin mengirimkan pesan singkat 20 menit yang lalu. Ketika Disty membaca pesan
singkat dari Kevin sambil tersenyum sendiri. Tak lama kemudian Disty pun tidak
bisa menahan rasa kantuknya.
Tak
terasa waktu 3 minggu berlalu dengan begitu cepat. Semua calon mahasiswa baru
diwajibkan untuk masuk guna mengikuti pengarahan untuk masa orientasi Senin
depan. Pagi itu Disty berangkat ke kampus diantar oleh Kevin. Karena jarak
kampus dengan rumahnya sangat jauh, apalagi jika harus ditembuh dengan menggunakan
angkutan umum. Tiba di sana mereka tidak terlambat.
Ketika akan memasuki gedung aula untuk
mengikuti pengarahan, Disty pun melihat seorang gadis yang sepertinya ia sedang
menuju ke suatu tempat, tapi tidak satu pun orang yang peduli untuk
menolongnya. Melihat itu, Disty pun menyuruh Kevin untuk ke aula lebih dulu
karena ia ada sesuatu. Tak lama setelah Kevin meninggalkan Disty seorang diri,
ia pun segera menghampiri gadis buta itu. Disty pun kemudian menghampiri gadis
buta itu, dan menyapanya dengan ramah. Disty pun menanyakan pada gadis buta itu
mengapa ia ada di kampus itu dan
sepertinya tampak kebingungan. Dan gadis buta itu mengatakan kalau ia mencari
gedung aula untuk mengikuti sosialisasi untuk pengarahan masa orientasi esok
Senin. Mendengar itu, Disty pun mengatakan kalau ia juga mengikuti pengarahan
di aula. Disty pun menawarkan diri untuk mengantarkan gadis buta itu ke aula.
Sebelum mereka berjalan menuju ke aula. Gadis buta itu menyodorkan tangannya
dan mengajak berkenalan dengan Disty.
Ternyata gadis buta itu, Lala namanya. Disty pun menyodorkan tangannya pula dan
menyapanya pula dengan ramah.
Sambil
membantu Lala berjalan menuju ruang aula. Disty pun merasa terinspirasi bisa
seperti itu. Disty menyadari dan mengakui kalau Lala mempunyai semangat dan
motivasi yang kuat untuk bisa melakukan aktivitas seperti orang normal lain.
Walaupun ia sendiri buta. Disty menyadari kalau semangat dan motivasi masih
kalah jauh dengan Lala. Lala saja yang dengan kondisi yang buta seperti ia
mampu berjuang dan bertahan hidup seorang diri.
Karena
menunggu lama, dan Disty pun belum datang ke aula, Kevin pun menjadi cemas. Ia
pun kemudian meminta ijin pada kakak senior untuk ijin keluar sebentar. Kevin pun mencari Disty
dimana-mana, tapi Kevin tidak bisa menemukannya. Kevin menutuskan untuk mencari
Disty di lantai 2, ia mengira kalau Disty kemungkinan tidak tahu dimana aula,
sehingga ia tersesat. Baru beberapa
munuruni tangga menuju lantai 2, Kevin melihat Disty sedang berjalan dengan
seseorang. Kevin pun cepat menuruni tangga dan segera menghampiri Disty. Ketika
melihat Kevin menghampirinya, Lala pun bertanya dengan siapa Disty sedang
berbicara. Disty pun kemudian mengenalkan Kevin pada Lala. Kevin sendiri baru
menyadari kalau Lala buta. Kevin pun menyodorkan tangannya dan bersalaman
dengan Lala. Selama berjalan mainaiki tangga menuju aula lantai 3 mereka saling
mengobrol dengan ramah
Setelah
kurang lebih satu jam mereka mengikuti pengarahan, akhirnya seminar itu
selesai. Disty pun pamit dengan Kevin untuk mengantar Lala pulang sebelum
mereka berdua pulang. Ketika Disty
berjalan berdua dengan Lala. Lala mengatakan kalau ia bersyukur karena bisa
bertemu dengan teman yang baik dan mau peduli dengannya, seperti Disty dan
Kevin. Lala juga meminta maaf jika tadi ia sudah merepotkan. Disty pun mengatakan, kalau baginya menolong
dan membantu orang bukanlah sesuatu yang merepotkan, ia justru merasa senang karena
bisa membantu orang lain.
Sejak
saat itu Kevin, Disty dan Lala menjadi
sahabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar