Rabu, 23 Desember 2015

Kado Natal untuk Lina


Kado Natal untuk Lina
Maria Febri Kristina

       Hilaria Christalina adalah seorang mahasiswi di sebuah Universitas Swasta ternama di ibukota Jawa Tengah. Perempuan yang akrab disapa Lina ini dikenal sebagai mahasiswa  sangat aktif di kampusnya, terutama di organisasi kemahasiswaan. Walaupun ia sangat akif dalam hal organisasi, untuk tugas kuliah ia tidak pernah terlewatkan sedikitpun. Walaupun ia terlalu sibuk dengan  kegiatan dan aktifitas yang jalani, Lina masih bisa meraih IPK di atas 3,5.

      Suatu kali LIna yang terlambat untuk bangun pagi, sedangkan ia sendiri ada  jadwal kuliah jam 7 pagi. Lina pun yang takut datang terlambat, ia kemudian terburu-buru bergegas menuju ke kampus. Ketika ia tiba di parkiran, Lina pun segera berlari menuju kelasnya. Dan ketika ia sedng menaiki anak tangga, ia tak  sengaja terpleset. Saat itu tak orang yang mengetahui kejadian itu. Lina pun memastikan kalau dirinya tidak mengalami luka. Dan ia pun  segara bergegas menuju kelasnya. Dan untungnya nasib baik masih berpihak kepadanya, ternyata dosen yang mengajar saat itu belum datang.  Ketika di dalam kelas, Lina pun kembali memastikan bahwa ia tidak mengalami luka saat kejadian tadi.
         Hari berikutnya Lina pun berusaha untuk bangun lebih awal, agar kejadian itu tidak terulang kembali. Lina pun beraktifitas seperti biasa dengan melakukan beragam kegiatan yang ia ikuti.
       Ketika hari Kamis pagi, saat ia bangun tidur ia merasakan kaki kirinya terasa sangat pegal. Lina pun berusaha memberikan minyak dan berharap rasa pegal pada kaki kirinya dapat segera pulih. Saat Lina hendak menaiki anak tangga di kampusnya, ia merasakan kaki kiri terasa sangat sakit, dan ia pun harus berjalan dengan kaki yang sedikit pincang. Lina pun akhirnya berhasil menaiki anak tangga dengan kaki yang sedikit pincang. Saat itu Andi yang adalah  sahabat Lina sejak duduk di bangku SMA merasa panasaran saat melihat sahabatnya yang berjalan dengan terpincang-pincang. Andi pun menanyakan pada Lina apa yang terjadi padanya, sehingga ia harus berjalan dengan terpincang-pincang seperti itu. Lina pun mengatakan kalau tidak terjadi sesuatu pada dirinya. Andi pun yang mendengar jawaban dari Lina merasa curiga dengan apa yang sudah terjadi dengan sahabatnya sehingga ia harus berjalan dengan terpincang-pincang seperti itu. 
         Jumat pagi ketika Andi sedang memarkirkan sepeda motornya di parkiran, ia melihat Lina berangkat ke kampus dengan membonceng ojek, dan ia melihat kalau Lina berjalan dengan masih terpincang-pincang. Andi yang mengetahui kalau ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu, segera menghampiri Lina dan menuntunnya hingga menuju ke kelas. Saat ia membantu Lina berjalan menuju, sekali lagi Andi bertanya kepada Lina apa yang sudah terjadi pada sahabatnya itu. sekali lagi Lina pun mengatakan kalau tidak terjadi apa-apa dengan dirinya. Saat mendengar jawaban yang sama seperti kemarin, Andi pun merasa kesal dan akhirnya ia membiarkan Lina berjalan sendiri.      
        Malam harinya ketika Lina sedang bangun dari tempat tidurnya. Ia merasakan kalau kaki kirinya terasa sangat sakit dan sulit untuk digerakkan.  Lina pun kemudian berusaha untuk bangun dan berjalan perlahan dengan tangannya yang merembet-rembet dinding tembok dan berjalan menuju ke kamar mandi. Ketika ia berada di kamar mandi, Lina merasa kakinya semakin sulit digerakkan dan akhirnya ia pun terjatuh. Lina pun yang berusaha untuk bisa bangun lagi, akhirnya ia tetap tidak bisa. Saat itu ayahnya yang kebetulan ingin segera ke kamar mandi, melihat kamar anaknya dalam keadaan terbuka dan tidak berada di dalam kamarnya. Ketika itu ayahnya juga melihat lampu kamar mandi dalam keadaan menyala dan dalam keadaan keadaan panic, ayahnya segera mendobbrak pintu kamar mandi. Ayahnya pun melihat  Lina dalam keadaan tidak bisa berdiri di kamar mandi. Tanpa pikir panjang, ayahnya segera menggendong Lina dan membawanya ke rumah sakit.  Ketika tiba di rumah sakit Lina pun langsung ditangani oleh para dokter. Ketika sedang di ruang tunggu, ibunya terus-menerus berdoa dan berharap agar tidak terjadi sesuatu yang membahayakan pada anak semata wayang mereka. Ayahnya pun berusaha untuk menghubungi Andi yang adalah teman dekat Lina. Tapi ternyata handphone Andi sedang tidak aktif.
        Setengah jam kemudian dokter pun keluar dari ruang IGD  dan segera berbicara dengan kedua orang tua Lina. Dokter mengatakan kalau kaki Lina terjadi pergeseran pada tulangnya, dan menyebabkan Lina tidak bisa berjalan atau berdiri. Mendengar penjelasan dari dokter, ibu Lina mengalami shock dan tidak menyangka kalau Lina mengalami hal seperti itu.  Melihat istrinya yang begtu sangat terpukul mengetahui kejadian yang menimpa anak mereka.
      Kedua orang tua Lina pun masuk ke dalam ruangan dimana Lina dirawat. Di sana mereka melihat anak mereka terbaring tak sadarkan diri. Ibunya pun langsung duduk di samping tempat tidur Lina sambil menciumi tangan anak semata wayangnya itu. Sambil menciumi tangan Lina ibunya terus menerus berdoa agar Lina dapat segera pulih. Hari sudah semakin malam, ibunya yang kelelahan akhirnya tertidur di samping Lina.
      Ketika itu hari sudah pagi, cahaya sinar matahari ternyata menembus korden kamar tempat Lina dirawat. Lina pun berusaha untuk membuka matanya dan menggerakkan kakinya, tapi ternyata ia merasa kakinya masih terasa sangat sakit. Lina pun rasanya ingin menangis, ketika harus menggerakkan kakinya. Ibunya pun terbangun ketika merasa Lina menggerakkan kakinya. Ibunya pun  kemudian menanyakan bagaimana keadaan Lina sekarang. Lina pun menjawab dengan jujur kalau kakinya terasa sulit untuk digerakkan. Ibunya pun kemudian menyuruh Lina untuk tidak terlalu banyak bergerak dulu untuk sementara waktu.
       Ketika itu ibunya sedang menyuapi Lina untuk sarapan, Lina tiba-tiba bertanya pada ibunya tentang apa yang sudah pada dirinya, sehingga ia sulit untuk menggerakkan kakinya. Ibunya pun tiba-tiba terdiam dan merasa tidak  tega untuk menceritakan pada anaknya tentang apa yang sudah terjadi pada Lina. Ibunya pun berusaha menutupi hal yang terjadi pada anaknya itu. Ibunya kemudian meninggalkan Lina dengan alasan sesuatu. Tapi Lina dengaan segera memegang tangan ibunya dan berhasil mencegah ibunya untuk pergi. Sekali lagi, Lina pun memohon pada ibunya untuk mau menceritakan tentang apa yang sudah terjadi pada dirinya, sampai-sampai tidak bisa berdiri ataupun berjalan. Ibunya yang merasa tidak tega dengan Lina, kemudian memeluk dan mencium kening Lina. Dan akhirnya dengan berat hati menceritakan hal yang sesungguhnya terjadi pada Lina. Ketika Lina mendengar kalau tulang kakinya ada yang melenceng, ia pun merasa shock dan putus asa. Yang ada dalam pikirannya saat itu, kalau ia akan mengalami lumpuh selama-lamanya. Ibunya pun berusaha untuk mensupport dan meneguhkan Lina agar ia tidak berhenti berharap pada Tuhan. Karena bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.  
           Siang itu Lina sedang seorang diri di rumah sakit. ibunya sedang pulang sebentar guna mengambil keperluan yang diperlukan Lina. Lina pun yang sesudah makan siang dan meminum obat, akhirnya tertidur juga. Belum ada lima menit ia memejamkan mata, ia mendengar ada suara yang membuka pintu kamarnya. Lina pun yang masih merasa mengantuk akibat mengonsumsi obat, merasa penasaran dengan seseorang yang membuka pintu kamarnya. Dengan mata yang masih sangat mengantuk, Ia memastikan kembali siapa yang telah membuka pintu kamarnya. Ternyata yang masuk ke kamarnya adalah Andi sahabatnya. Ketika melihat Andi, Lina pun tiba-tiba menangis karena ia merasa menyesal karena waktu itu ia tidak mau bercerita jujur dengan Andi tentang apa yang sudah terjadi pada dirinya. Andi pun kemudian mengerti, mengapa saat itu Lina tidak mau bercerita dengannya. Lina pun akhirnya meminta maaf karena tidak terbuka dengannya.
            Andi pun akhirnya menemani Lina sampai ibunya kembali. Di sana Lina menyadari kalau Andi adalah sosok laki-laki yang begitu sangat perhatian dengannya, terutama di saat ia mengalami susah. Sore harinya ketika hari sudah terlalu panas, Andi pun mengajak Lina berjalan-jalan dengan menggunakan kursi roda di sekitar taman rumah sakit. Mereka berdua ibarat sepasang kekasih yang dimabuk asmara.
        Ketika hari mulai malam Andi pun berpamitan dengan Lina. Walaupun begitu ia berjanji esok sesudah pulang kuliah,ia  akan datang kembali. Lina pun bersyukur karena ia memiliki sahabat yang begitu sangat perhatian dengannya. Saat itu Lina pun sedang berada seorang diri di kamar rumah sakit.  Beberapa menit kemudian ada suara seseorang yang membuka pintu kamarnya, dan ternyata perawat yang mengantar obat dan makan malam untuknya. Ketika itu Lina tiba-tiba menanyakan pada perawat tersebut. Apakah nantinya ia dapat berjalan lagi seperti sediakala? Lina pun merasa tidak yakin apa nanti dirinya dapat merayakan natal bersama keluarga besarnya? Saat mendengar pertanyaan Lina, perawat itu hanya tersenyum dan mengatakan kalau di dunia ini tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Setelah itu perawat tersebut membantu Lina untuk beristirahat kembali.
      Tengah malam Lina pun merasa sulit untuk tidur, pikirannya menjadi tenang ketika ia melihat sebuah surat yang bertuliskan persetujuan orang tua kalau ia harus menjalani operasi. Dan hasil pemeriksaan menunjukkan kalau tulang kaki Lina ada sedikit yang melenceng. Saat  membaca surat itu pikiran Lina pun menjadi merasa kurang saat harus membayangkan betapa seramnya jika ia harus menjalani operasi. Di saat pikirannya merasa tidak tenang, Lina pun teringat pada perkataan perawat tadi, “bagi Tuhan tidak ada yang tidak mungkin”. Kata- kata itu ternyata sudah mengubah pikirannya. Lina pun kemudian memutuskan untuk tetap dan terus berdoa, serta berpasrah pada Tuhan apapun yang terjadi pada dirinya nanti. Kemudian Lina pun memilih untuk berdoa Rosario, karena ia yakin kalau doa tersebut bisa membuat ia merasa tenang. Belum      selesai jari-jarinya memainkan manik-manik Rosario, Lina pun tertidur.
     Esok harinya perawat pun masuk ke kamar Lina, kemudian membantu Lina menjalani seragkaian pemeriksaan guna proses untuk tindakan selanjutnya.  Pagi itu tanpa Lina mengetahui, ternyata  di situpagi itu hadir dua orang yang bagi Lina,  mereka sangat berarti bagi Lina. Mereka berdua adalah Andi yang adalah teman dekat Lina, dan Pastor Frans. Pastor Frans sendiri bagi Lina sudah seperti ayahnya sendiri. Ketika Lina melihat pastor Frans ada di situ Lina pun meminta waktu sebentar untuk bisa berbicara berdua dengan pastor Frans. Saat itu pastor Frans menuruti permintaan Lina. Saat sedang berdua dengan pastor Frans, Lina pun mengungkapkan perasaannya saat itu, terutama sejak ia masuk rumah sakit dan tidak bisa melakukan segala sesuatunya sendiri. Ia pun juga merasa takut kalau ia harus mengalami lumpuh. Lina`pun juga merasa takut kalau nantinya ia tidak bisa merayakan natal bersama keluarga besarnya di Bandung.  Mendengar keluh-kesah yang diungkapkan Lina, pastor Frans mengerti apa sedang dialami saat ini. Dari tatapan mata Lina, pastor Frans melihat Lina dalam tatapan kosong, seperti orang yang berputus asa, tidak berpengharapan.  Saat itu pastor Frans, menyuruh Lina untuk tenang sebentar, dan mengajak untuk berdoa. Dalam doanya Pastor Frans mengajak Lina untuk memasrahkan semuanya pada Tuhan dan jangan pernah merasa takut karena Tuhan selalu bersamanya.  Ketika berdoa tanpa terasa Lina pun meneteskan air matanya. Setelah itu Lina pun merasa tenang, ia pun yakin kalau Tuhan selalu bersamanya. Ketika itu pastor Frans berdoa sambil meletakkan tangannya diatas kaki Lina yang tidak bisa digerakkan. Setelah itu Pastor Frans, mengingatkan Lina agar jangan merasa takut pada situasi apapun, terutama seperti yang dialami Lina saat itu. Setelah itu mereka berdua keluar dan Lina pun dibantu oleh perawat untuk menjalani pemeriksaan.
           Setelah menjalani beberapa pemeriksaan, dokter pun memberitahukan hasil pemeriksaan pada orang tua Lina. Dokter pun menjelaskan pada orang tua Lina kalau tulang kaki Lina sudah kembali  seperti semula. Hanya saja Lina masih perlu melakukan terapi agar ia dapat berjalan seperti dulu. Mendengar itu kedua orang tua Lina pun tidak berhenti mengucap syukur pada Tuhan karena telah menyembuhkan anaknya dengan cara yang ajaib. Kedua orang tua Lina pun tidak sabar memberitahukan berita bahagia ini pada Lina.
           Saat masuk ke kamar Lina, ibunya pun langsung menangis sambil mencium dan memeluk anaknya.  Lina, Pastor Frans, dan Andi pun sempat merasa bingung ketika melihat ibu Lina begtu sangat senang. Melihat istrinya yang begitu sangat senang anaknya dapat sembuh dengan cara ajaib, suaminya menyuruh istrinya untuk tenang dan barulah menceritakan kabar dari dokter. Ayahnya pun menyampaikan kabar gembira pada Lina, pastor Frans, dan Andi, kalau Lina tidak jadi dioperasi karena tulang kaki yang melenceng sudah kembali seperti semula, hanya saja Lina masih harus menjalani terapi agar dapat berjalan kembali. Mendengar kabar membahagiakan itu semua orang yang ada di kamar Lina, mereka tak henti-hentinya mengucap syukur pada Tuhan. Mereka pun berdoa dan mengucap syukur pada Tuhan, karena telah menyembuh Lina dengan cara yang ajaib. Lina pun benar-benar merasakan kuasa Tuhan bekerja di dalam hidupnya. Lina pun melirik kearah pastor Frans dan tersenyum.  Lina pun menyadari kalau semua ini tidak akan bisa terjadi berkat dukungan doa dan support dari keluarganya, terutama pastor Frans. Lina pun kemudian meminta pastor Abner untuk membawa ke kapel. Ketika pastor Abner membantu Lina untuk ke kapel rumah sakit. Lina pun sekali lagi mengungkapkan perasaan syukurnya pada Tuhan yang telah menyembuhkannya dengan cara yang ajaib. Lina pun dengan jujur menyadari kalau kadang dirinya kurang setia pada Tuhan, tapi ternyata sampai saat ini Tuhan masih menunjukkan belas kasih padanya.  Mendengar itu, pastor Frans mengatakan,” Tuhan itu selalu setia pada umatnya, walaupun kadang kita manusia yang tidak setia padaNya.” Lina pun mengangguk mengerti. Ketika tiba di kapel, Lina pun langsung berdoa di depan salib. Lagi-lagi air mata Lina pun kembali mengalir. Lina pun tak henti-hentinya mengucap syukur pada Tuhan atas apa yang sudah ia rasakan. Dalam doanya Lina pun berharap agar ia dapat berjalan kembali agar pada saat natal nanti ia dapat merayakan natal bersama keluarga besarnya di Bandung.
             Esok harinya dokter pun sudah mengijinkan Lina untuk kembali, walaupun begitu tiap hari ia harus menjalani terapi agar dapat berjalan kembali.  Hari demi hari Lina pun mengikuti saran dokter agar mengikuti terapi  setiap hari. Lina pun tak lupa agar berdoa dan banyak berlatih lewat terapi yang ia jalani.

            Setelah beberapa kali menjalani terapi, Lina sudah dapat berjalan seperti dulu. Lina pun bersyukur karena ia sudah dapat berjalan, Lina pun meyakini semua ini takkan bisa terjadi dengan mudah jika Tuhan tidak turut campur tangan di dalam hidupnya.  Bagi Lina, ia dapat berjalan kembali seperti dulu, itu sudah menjadi hadiah natal terindah yang sudah Tuhan berikan kepadanya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar