Kado Natal untuk Lina
Maria Febri Kristina
Hilaria
Christalina adalah seorang mahasiswi di sebuah Universitas Swasta ternama di
ibukota Jawa Tengah. Perempuan yang akrab disapa Lina ini dikenal sebagai
mahasiswa sangat aktif di kampusnya,
terutama di organisasi kemahasiswaan. Walaupun ia sangat akif dalam hal
organisasi, untuk tugas kuliah ia tidak pernah terlewatkan sedikitpun. Walaupun
ia terlalu sibuk dengan kegiatan dan
aktifitas yang jalani, Lina masih bisa meraih IPK di atas 3,5.
Suatu kali LIna
yang terlambat untuk bangun pagi, sedangkan ia sendiri ada jadwal kuliah jam 7 pagi. Lina pun yang takut
datang terlambat, ia kemudian terburu-buru bergegas menuju ke kampus. Ketika ia
tiba di parkiran, Lina pun segera berlari menuju kelasnya. Dan ketika ia sedng
menaiki anak tangga, ia tak sengaja
terpleset. Saat itu tak orang yang mengetahui kejadian itu. Lina pun memastikan
kalau dirinya tidak mengalami luka. Dan ia pun
segara bergegas menuju kelasnya. Dan untungnya nasib baik masih berpihak
kepadanya, ternyata dosen yang mengajar saat itu belum datang. Ketika di dalam kelas, Lina pun kembali
memastikan bahwa ia tidak mengalami luka saat kejadian tadi.
Hari
berikutnya Lina pun berusaha untuk bangun lebih awal, agar kejadian itu tidak
terulang kembali. Lina pun beraktifitas seperti biasa dengan melakukan beragam
kegiatan yang ia ikuti.
Ketika hari
Kamis pagi, saat ia bangun tidur ia merasakan kaki kirinya terasa sangat pegal.
Lina pun berusaha memberikan minyak dan berharap rasa pegal pada kaki kirinya
dapat segera pulih. Saat Lina hendak menaiki anak tangga di kampusnya, ia
merasakan kaki kiri terasa sangat sakit, dan ia pun harus berjalan dengan kaki
yang sedikit pincang. Lina pun akhirnya berhasil menaiki anak tangga dengan
kaki yang sedikit pincang. Saat itu Andi yang adalah sahabat Lina sejak duduk di bangku SMA merasa
panasaran saat melihat sahabatnya yang berjalan dengan terpincang-pincang. Andi
pun menanyakan pada Lina apa yang terjadi padanya, sehingga ia harus berjalan
dengan terpincang-pincang seperti itu. Lina pun mengatakan kalau tidak terjadi
sesuatu pada dirinya. Andi pun yang mendengar jawaban dari Lina merasa curiga dengan
apa yang sudah terjadi dengan sahabatnya sehingga ia harus berjalan dengan
terpincang-pincang seperti itu.
Jumat pagi
ketika Andi sedang memarkirkan sepeda motornya di parkiran, ia melihat Lina
berangkat ke kampus dengan membonceng ojek, dan ia melihat kalau Lina berjalan
dengan masih terpincang-pincang. Andi yang mengetahui kalau ada yang tidak
beres dengan sahabatnya itu, segera menghampiri Lina dan menuntunnya hingga
menuju ke kelas. Saat ia membantu Lina berjalan menuju, sekali lagi Andi
bertanya kepada Lina apa yang sudah terjadi pada sahabatnya itu. sekali lagi
Lina pun mengatakan kalau tidak terjadi apa-apa dengan dirinya. Saat mendengar
jawaban yang sama seperti kemarin, Andi pun merasa kesal dan akhirnya ia
membiarkan Lina berjalan sendiri.
Malam harinya
ketika Lina sedang bangun dari tempat tidurnya. Ia merasakan kalau kaki kirinya
terasa sangat sakit dan sulit untuk digerakkan. Lina pun kemudian berusaha untuk bangun dan
berjalan perlahan dengan tangannya yang merembet-rembet dinding tembok dan
berjalan menuju ke kamar mandi. Ketika ia berada di kamar mandi, Lina merasa
kakinya semakin sulit digerakkan dan akhirnya ia pun terjatuh. Lina pun yang
berusaha untuk bisa bangun lagi, akhirnya ia tetap tidak bisa. Saat itu ayahnya
yang kebetulan ingin segera ke kamar mandi, melihat kamar anaknya dalam keadaan
terbuka dan tidak berada di dalam kamarnya. Ketika itu ayahnya juga melihat
lampu kamar mandi dalam keadaan menyala dan dalam keadaan keadaan panic,
ayahnya segera mendobbrak pintu kamar mandi. Ayahnya pun melihat Lina dalam keadaan tidak bisa berdiri di
kamar mandi. Tanpa pikir panjang, ayahnya segera menggendong Lina dan
membawanya ke rumah sakit. Ketika tiba
di rumah sakit Lina pun langsung ditangani oleh para dokter. Ketika sedang di
ruang tunggu, ibunya terus-menerus berdoa dan berharap agar tidak terjadi
sesuatu yang membahayakan pada anak semata wayang mereka. Ayahnya pun berusaha
untuk menghubungi Andi yang adalah teman dekat Lina. Tapi ternyata handphone
Andi sedang tidak aktif.
Setengah jam
kemudian dokter pun keluar dari ruang IGD
dan segera berbicara dengan kedua orang tua Lina. Dokter mengatakan
kalau kaki Lina terjadi pergeseran pada tulangnya, dan menyebabkan Lina tidak
bisa berjalan atau berdiri. Mendengar penjelasan dari dokter, ibu Lina mengalami
shock dan tidak menyangka kalau Lina mengalami hal seperti itu. Melihat istrinya yang begtu sangat terpukul
mengetahui kejadian yang menimpa anak mereka.
Kedua orang tua
Lina pun masuk ke dalam ruangan dimana Lina dirawat. Di sana mereka melihat
anak mereka terbaring tak sadarkan diri. Ibunya pun langsung duduk di samping
tempat tidur Lina sambil menciumi tangan anak semata wayangnya itu. Sambil
menciumi tangan Lina ibunya terus menerus berdoa agar Lina dapat segera pulih.
Hari sudah semakin malam, ibunya yang kelelahan akhirnya tertidur di samping
Lina.
Ketika itu hari
sudah pagi, cahaya sinar matahari ternyata menembus korden kamar tempat Lina
dirawat. Lina pun berusaha untuk membuka matanya dan menggerakkan kakinya, tapi
ternyata ia merasa kakinya masih terasa sangat sakit. Lina pun rasanya ingin
menangis, ketika harus menggerakkan kakinya. Ibunya pun terbangun ketika merasa
Lina menggerakkan kakinya. Ibunya pun
kemudian menanyakan bagaimana keadaan Lina sekarang. Lina pun menjawab
dengan jujur kalau kakinya terasa sulit untuk digerakkan. Ibunya pun kemudian
menyuruh Lina untuk tidak terlalu banyak bergerak dulu untuk sementara waktu.
Ketika itu
ibunya sedang menyuapi Lina untuk sarapan, Lina tiba-tiba bertanya pada ibunya
tentang apa yang sudah pada dirinya, sehingga ia sulit untuk menggerakkan
kakinya. Ibunya pun tiba-tiba terdiam dan merasa tidak tega untuk menceritakan pada anaknya tentang
apa yang sudah terjadi pada Lina. Ibunya pun berusaha menutupi hal yang terjadi
pada anaknya itu. Ibunya kemudian meninggalkan Lina dengan alasan sesuatu. Tapi
Lina dengaan segera memegang tangan ibunya dan berhasil mencegah ibunya untuk
pergi. Sekali lagi, Lina pun memohon pada ibunya untuk mau menceritakan tentang
apa yang sudah terjadi pada dirinya, sampai-sampai tidak bisa berdiri ataupun
berjalan. Ibunya yang merasa tidak tega dengan Lina, kemudian memeluk dan
mencium kening Lina. Dan akhirnya dengan berat hati menceritakan hal yang
sesungguhnya terjadi pada Lina. Ketika Lina mendengar kalau tulang kakinya ada
yang melenceng, ia pun merasa shock dan putus asa. Yang ada dalam pikirannya
saat itu, kalau ia akan mengalami lumpuh selama-lamanya. Ibunya pun berusaha
untuk mensupport dan meneguhkan Lina agar ia tidak berhenti berharap pada
Tuhan. Karena bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
Siang itu
Lina sedang seorang diri di rumah sakit. ibunya sedang pulang sebentar guna
mengambil keperluan yang diperlukan Lina. Lina pun yang sesudah makan siang dan
meminum obat, akhirnya tertidur juga. Belum ada lima menit ia memejamkan mata,
ia mendengar ada suara yang membuka pintu kamarnya. Lina pun yang masih merasa
mengantuk akibat mengonsumsi obat, merasa penasaran dengan seseorang yang
membuka pintu kamarnya. Dengan mata yang masih sangat mengantuk, Ia memastikan
kembali siapa yang telah membuka pintu kamarnya. Ternyata yang masuk ke
kamarnya adalah Andi sahabatnya. Ketika melihat Andi, Lina pun tiba-tiba
menangis karena ia merasa menyesal karena waktu itu ia tidak mau bercerita
jujur dengan Andi tentang apa yang sudah terjadi pada dirinya. Andi pun
kemudian mengerti, mengapa saat itu Lina tidak mau bercerita dengannya. Lina
pun akhirnya meminta maaf karena tidak terbuka dengannya.
Andi pun
akhirnya menemani Lina sampai ibunya kembali. Di sana Lina menyadari kalau Andi
adalah sosok laki-laki yang begitu sangat perhatian dengannya, terutama di saat
ia mengalami susah. Sore harinya ketika hari sudah terlalu panas, Andi pun
mengajak Lina berjalan-jalan dengan menggunakan kursi roda di sekitar taman
rumah sakit. Mereka berdua ibarat sepasang kekasih yang dimabuk asmara.
Ketika hari
mulai malam Andi pun berpamitan dengan Lina. Walaupun begitu ia berjanji esok
sesudah pulang kuliah,ia akan datang
kembali. Lina pun bersyukur karena ia memiliki sahabat yang begitu sangat
perhatian dengannya. Saat itu Lina pun sedang berada seorang diri di kamar
rumah sakit. Beberapa menit kemudian ada
suara seseorang yang membuka pintu kamarnya, dan ternyata perawat yang
mengantar obat dan makan malam untuknya. Ketika itu Lina tiba-tiba menanyakan
pada perawat tersebut. Apakah nantinya ia dapat berjalan lagi seperti sediakala?
Lina pun merasa tidak yakin apa nanti dirinya dapat merayakan natal bersama
keluarga besarnya? Saat mendengar pertanyaan Lina, perawat itu hanya tersenyum
dan mengatakan kalau di dunia ini tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Setelah
itu perawat tersebut membantu Lina untuk beristirahat kembali.
Tengah malam Lina
pun merasa sulit untuk tidur, pikirannya menjadi tenang ketika ia melihat
sebuah surat yang bertuliskan persetujuan orang tua kalau ia harus menjalani
operasi. Dan hasil pemeriksaan menunjukkan kalau tulang kaki Lina ada sedikit
yang melenceng. Saat membaca surat itu
pikiran Lina pun menjadi merasa kurang saat harus membayangkan betapa seramnya
jika ia harus menjalani operasi. Di saat pikirannya merasa tidak tenang, Lina
pun teringat pada perkataan perawat tadi, “bagi Tuhan tidak ada yang tidak
mungkin”. Kata- kata itu ternyata sudah mengubah pikirannya. Lina pun kemudian
memutuskan untuk tetap dan terus berdoa, serta berpasrah pada Tuhan apapun yang
terjadi pada dirinya nanti. Kemudian Lina pun memilih untuk berdoa Rosario,
karena ia yakin kalau doa tersebut bisa membuat ia merasa tenang. Belum selesai jari-jarinya memainkan manik-manik
Rosario, Lina pun tertidur.
Esok harinya
perawat pun masuk ke kamar Lina, kemudian membantu Lina menjalani seragkaian
pemeriksaan guna proses untuk tindakan selanjutnya. Pagi itu tanpa Lina mengetahui, ternyata di situpagi itu hadir dua orang yang bagi
Lina, mereka sangat berarti bagi Lina.
Mereka berdua adalah Andi yang adalah teman dekat Lina, dan Pastor Frans.
Pastor Frans sendiri bagi Lina sudah seperti ayahnya sendiri. Ketika Lina
melihat pastor Frans ada di situ Lina pun meminta waktu sebentar untuk bisa
berbicara berdua dengan pastor Frans. Saat itu pastor Frans menuruti permintaan
Lina. Saat sedang berdua dengan pastor Frans, Lina pun mengungkapkan
perasaannya saat itu, terutama sejak ia masuk rumah sakit dan tidak bisa
melakukan segala sesuatunya sendiri. Ia pun juga merasa takut kalau ia harus
mengalami lumpuh. Lina`pun juga merasa takut kalau nantinya ia tidak bisa
merayakan natal bersama keluarga besarnya di Bandung. Mendengar keluh-kesah yang diungkapkan Lina,
pastor Frans mengerti apa sedang dialami saat ini. Dari tatapan mata Lina,
pastor Frans melihat Lina dalam tatapan kosong, seperti orang yang berputus
asa, tidak berpengharapan. Saat itu
pastor Frans, menyuruh Lina untuk tenang sebentar, dan mengajak untuk berdoa.
Dalam doanya Pastor Frans mengajak Lina untuk memasrahkan semuanya pada Tuhan
dan jangan pernah merasa takut karena Tuhan selalu bersamanya. Ketika berdoa tanpa terasa Lina pun
meneteskan air matanya. Setelah itu Lina pun merasa tenang, ia pun yakin kalau
Tuhan selalu bersamanya. Ketika itu pastor Frans berdoa sambil meletakkan
tangannya diatas kaki Lina yang tidak bisa digerakkan. Setelah itu Pastor
Frans, mengingatkan Lina agar jangan merasa takut pada situasi apapun, terutama
seperti yang dialami Lina saat itu. Setelah itu mereka berdua keluar dan Lina
pun dibantu oleh perawat untuk menjalani pemeriksaan.
Setelah menjalani beberapa pemeriksaan,
dokter pun memberitahukan hasil pemeriksaan pada orang tua Lina. Dokter pun
menjelaskan pada orang tua Lina kalau tulang kaki Lina sudah kembali seperti semula. Hanya saja Lina masih perlu
melakukan terapi agar ia dapat berjalan seperti dulu. Mendengar itu kedua orang
tua Lina pun tidak berhenti mengucap syukur pada Tuhan karena telah
menyembuhkan anaknya dengan cara yang ajaib. Kedua orang tua Lina pun tidak
sabar memberitahukan berita bahagia ini pada Lina.
Saat masuk
ke kamar Lina, ibunya pun langsung menangis sambil mencium dan memeluk anaknya. Lina, Pastor Frans, dan Andi pun sempat
merasa bingung ketika melihat ibu Lina begtu sangat senang. Melihat istrinya
yang begitu sangat senang anaknya dapat sembuh dengan cara ajaib, suaminya
menyuruh istrinya untuk tenang dan barulah menceritakan kabar dari dokter.
Ayahnya pun menyampaikan kabar gembira pada Lina, pastor Frans, dan Andi, kalau
Lina tidak jadi dioperasi karena tulang kaki yang melenceng sudah kembali
seperti semula, hanya saja Lina masih harus menjalani terapi agar dapat
berjalan kembali. Mendengar kabar membahagiakan itu semua orang yang ada di
kamar Lina, mereka tak henti-hentinya mengucap syukur pada Tuhan. Mereka pun
berdoa dan mengucap syukur pada Tuhan, karena telah menyembuh Lina dengan cara
yang ajaib. Lina pun benar-benar merasakan kuasa Tuhan bekerja di dalam
hidupnya. Lina pun melirik kearah pastor Frans dan tersenyum. Lina pun menyadari kalau semua ini tidak akan
bisa terjadi berkat dukungan doa dan support dari keluarganya, terutama pastor
Frans. Lina pun kemudian meminta pastor Abner untuk membawa ke kapel. Ketika
pastor Abner membantu Lina untuk ke kapel rumah sakit. Lina pun sekali lagi
mengungkapkan perasaan syukurnya pada Tuhan yang telah menyembuhkannya dengan
cara yang ajaib. Lina pun dengan jujur menyadari kalau kadang dirinya kurang
setia pada Tuhan, tapi ternyata sampai saat ini Tuhan masih menunjukkan belas
kasih padanya. Mendengar itu, pastor
Frans mengatakan,” Tuhan itu selalu setia pada umatnya, walaupun kadang kita
manusia yang tidak setia padaNya.” Lina pun mengangguk mengerti. Ketika tiba di
kapel, Lina pun langsung berdoa di depan salib. Lagi-lagi air mata Lina pun
kembali mengalir. Lina pun tak henti-hentinya mengucap syukur pada Tuhan atas
apa yang sudah ia rasakan. Dalam doanya Lina pun berharap agar ia dapat
berjalan kembali agar pada saat natal nanti ia dapat merayakan natal bersama keluarga
besarnya di Bandung.
Esok
harinya dokter pun sudah mengijinkan Lina untuk kembali, walaupun begitu tiap
hari ia harus menjalani terapi agar dapat berjalan kembali. Hari demi hari Lina pun mengikuti saran dokter
agar mengikuti terapi setiap hari. Lina
pun tak lupa agar berdoa dan banyak berlatih lewat terapi yang ia jalani.
Setelah
beberapa kali menjalani terapi, Lina sudah dapat berjalan seperti dulu. Lina
pun bersyukur karena ia sudah dapat berjalan, Lina pun meyakini semua ini
takkan bisa terjadi dengan mudah jika Tuhan tidak turut campur tangan di dalam
hidupnya. Bagi Lina, ia dapat berjalan kembali
seperti dulu, itu sudah menjadi hadiah natal terindah yang sudah Tuhan berikan
kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar