Sabtu, 21 Mei 2016

Sajak Awal Sore itu






Sajak Awal Sore itu
Maria Febri Kristina


                                                         
Sore itu
Awan gelap pekat menyelimuti langit
Matahari yang  siang tadi bersinar memancarkan sinarnya
Tiba-tiba menghilang ditelan gelapnya awan kala itu
Sinarnya yang semula sangat cerah, tak tampak lagi


Sore itu
Rintik hujan turun membasahi bumi
Aroma khas rintik hujan membawa kesegeran bagi segala yang ada di bumi
Tanah yang selama 3 bulan terakhir menjerit kehausan
Sebab sang sumber kesegaran tidak memberikan aroma kesegerannya
Oh, sungguh menyedihkan kala itu

Sore itu
Aku yang duduk termenung di balik jendela melihat,
Tanaman hijau yang membawa keindahan
Kini mulai memunculkan tunas  barunya
Pemandangan itu serasa membawa kesegeran bagi indra pengelihatan ini
 Yang serasa lelah usai melakukan rutinitas

Sore itu,
kala rintik hujan turun menyegarkan bumi
Sang katak dan kawan-kawannya pun yang menghilang beberapa waktu
Kini mereka keluar dari persembunyiannya
Dan mereka pun menari dengan ria di tengah turunnya kala itu
Oh, betapa bahagia sang katak dan kawan-kawannya itu

Kala rintik hujan masih menyegarkan bumi
Di halte bus dekat persimpangan jalan daerah itu
Terlihat suatu pemandangan yang bagiku itu menarik

Aku yang kala itu sedang menunggu di suatu kios kecil
Sembari menunggu redanya rintik hujan yang turun sejak awal sore
Pengelihatanku tak sengaja melihat sesuatu ada di seberang kios itu
Ya, tepatnya di halte itu
Aku melihat seorang bocah laki-laki penjaja koran
Di sana ia sedang duduk seorang diri sambil berkali-kali ia menghitung jumlah koran yang masih ada di tangannya
Aku tak tahu apa yang sebenarnya bocah itu rasakan kala itu
Tapi yang aku berada di kios seberang halte itu melihat kalau bocah itu sedang merasakan sesuatu
Entahlah,
 mungkin hanya Tuhan Yang Adalah Cinta dan dia saja yang tahu

Tanpa menunggu redanya sang hujan yang menyiirami bumi
Aku pun memutuskan untuk berjalan menghampiri bocah itu
Tapi tak berapa, ada seorang pemuda kaya yang baru saja turun dari mobil dan turun di halte seberang
Lagi-lagi aku mesti mengurungkan niiatku menemani bocah penjaja koran itu
Aku pun memutuskan untuk tetap di kios seberang sambil mengamatinya

Dari kios seberang itu,
 lagi – lagi pengelihatan ini terusik melihat bocah penjaja koran itu
Ia masih menghitung dan membolak-balik koran  yang masih tersisa di tangannya
Mungkin bocah itu tak tahu mesti berbuat apa dengan koran yang basah itu
Aku melihat ada kesedihan  yang tampak di wajah bocah itu
Mungkin dalam hati kecilnya ia berharap
Ada seorang yang baik hati yang mau membeli koran-koran yang basah itu
Walau mungkin kecil harapan untuk bisa terjadi

Di kios seberang halte,
aku memilih tetap di situ sambil menunggu redanya hujan
Sembari membaca buku dan meminum secangkir teh hangat yang tadi telah aku pesan
Saat itu aku yang hendak meneguk segelas teh yang ada di meja
Entah mengapa, aku mendapati lagi suatu hal menarik di halte seberang tadi

Lelaki muda yang beberapa waktu lalu turun dari mobil dan menunggu di halte seberang
Ia yang sejak tadi ku amati duduk di ujung terlihat asyik dengan buku yang ia baca
Pemuda itu pun berjalan ke arah bocah lakii-laki penjaja koran itu
Laki-laki itu duduk di samping bocah itu dan menyodorkan sesuatu
Entah apa yang ia berikan pada bocah itu,
aku yang ada di seberang tidak tahu itu

tak beberapa lama saat bocah itu membuka sesuatu yang diberkan lelaki muda itu
terlihat sebuah keceriaan yang muncul dari wajah bocah itu
aku pun ikut tersenyum melihat itu
ternyata Tuhan yang adalah cinta pemilik segalanya telah mengirim malaikat pada bocah itu
oh Tuhanku  betapa baiknya Engkau pada kami umatMu

bocah itu kemudian menaruh kotak yang diberikan lelaki muda itu di sampingnya
 lalu ia menutup mata dan mengatupkan kedua tangannya di depan dada
melihat bocah itu sedang asyik berbincang dengan Sang Maha Kuasa
lelaki muda itu pun tersenyum
ia pun juga memejamkan kedua matanya tuk berbincang dengan Sang Ilahi

tak lama,
mereka pun usai berbincang dengan Sang Pemilik Kehidupan
Di bangku halte seberang itu ,kala rintik hujan yang tak kunjung henti
Bocah penjaja koran dan lelaki muda itu
 Sedang asyik bercanda dengan akrabnya sembari menyantap makanan yang di kotak itu

Di kios seberang itu,
Aku tersenyum melihat mereka
Dalam hati aku hanya berkata
Oh Tuhan, ternyata benar lelaki muda adalah malaikatMu
Ya, malaikat yang Kau utus untuk mengembalikan lagi keceriaan yang hilang dari bocah itu
   
Entah kenapa tiba-tiba keisenganku muncul
Melihat mereka  berdua tersenyum bahagia
Bagai seorang kakak yang menyayangi adiknya
dengan kamera yang selalu aku bawa, aku pun yang tak ingin kehilangan moment yang indah ini
saat melihat mereka berdua tersenyum bahagia
aku dalam hati bergumam
Terima Tuhan untuk pengalaman sore itu
S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar