Minggu, 01 November 2015

Embun di Hutan Jati


Embun di Hutan Jati
Maria  Febri Kristina

       Pada suatu liburan akhir sekolah anak-anak SD Mekar Jaya mengikuti kegiatan kemah yang diadakan oleh sekolah mereka. Kegiatan kemah itu berlangsung selama dua hari. Semua siswa kelas 4-5 diwajibkan untuk mengikuti kegiatan ini.  Pada saat H-1 pelaksanaan kemah, para siswa yang akan mengikuti kemah diwajibkan untuk berkumpul guna mendapatkan pengarahan dari guru mengenai persiapan kegiatan kemah.
      Keesokan harinya pukul 08:00 para siswa peserta kemah sudah berkumpul di lapangan sekolah Mereka saling mengungkapkan rasa ketidaksabaran mereka mengikuti kegiatan kemah, terkecuali Alvin. Ia justru malah menggerutu dan tidak mau ikut kegiatan kemah. Alvin pun mengungkapkan perasaannya itu pada Dito, sahabatnya. Dito yang mendengar keluhan sahabat itu hanya tersenyum.
        Setelah semua persiapan selesai, mereka pun berangkat ke tempat pekemahan itu. Mereka pun satu per satu mulai naik ke dalam bus yang akan membawa mereka ke tempat perkemahan itu. Ketika semua persiapan dirasa sudah siap, mereka pun segera berangkat.
       Selama  perjalalanan menuju ke lokasi perkemahan, mereka melewati banyak sekali pemandangan alam yang begitu sangat menarik. Setelah mereka melewati batas kota. Mereka pun melewati daerah pegunungan. Dimana saat melewati tempat itu, mereka melihat gunung yang menjulang indah dihadapan mata mereka. Dari dalam bus, ternyata Pak Amir sibuk mengambil gambar gunung tersebut. Ketika itu Bu Ambar menjelaskan sekilas mengenai gunung pada anak-anak. Anak-anak pun begitu sangat antusias mendengarkan penjelasan dari Bu Ambar. Mereka pun juga tidak kalah antusias untuk bertanya lebih banyak mengenai gunung.  Untuk menambah rasa antusias mereka, Bu Ambar pun memberikan pertanyaan dan bagi yang bisa menjawabnya akan mendapat hadiah berupa peralatan sekolah.   
      Selama perjalanan melewati gunung yang menjulang indah di depan mata mereka. bus yang mereka tumpangi segera meluncur melanjutkan perjalanan. Beberapa menit berlalu, mereka pun segera melewati yang sebuah perkampungan yang bernama Kampung Gamelan. Karena sebagian besar masyarakat di perkampungan tersebut bekerja sebagai pembuat gamelan, ada juga mereka yang berprofesi sebagai pemain gamelan. Anak-anak pun satu per satu mulai turun dari bus. Mereka sudah tidak sabar untuk melihat  langsung proses pembuatan gamelan. Di sana mereka diberikan kebebasan untuk bertanya langsung bagaimana dan apa saja proses pembuatan gamelan.  Mereka pun juga mencoba belajar bagaimana  cara memainkan gamelan. Di sana mereka berkenalan dengan Pak Gatot yang akan mengajarkan pada mereka bagaimana cara memainkan gamelan dan mengenalkan apa saja perangkat dari gamelan itu sendiri. Tak ketinggalan Pak Amir mengambil gambar mereka, ketika mereka sedang asyik mencoba memainkan gamelan.
      Setelah satu jam mereka puas mengenal dan memainkan gamelan, mereka pun segera melanjutkan perjalanan ke lokasi perkemahan.  Satu per satu mereka pun segera kembali ke dalam bus. Di dalam bus Bu Ambar pun menanyakan pada mereka pengalaman apa saja yang sudah mereka dapat selama berada di Kampung Gamelan.  Dengan segera, Mitha pun yang dikenal sebagai murid yang berani berbicara di depan umum segera maju  dan menceritakan pengalamannya. Para murid yang lain pun mendengarkan pengalaman Mitha dengan  penuh antusias. Sembari mendengarkan bercerita tentang pengalaman yang sudah Mitha dapatkan, Pemandangan indah hadir kembali di depan mata mereka. Kali ini bus yang mereka tumpangi melewati hutan karet. Di samping itu mereka juga melihat para pekerja yang bekerja di perkebunan karet sedang mengambil getah karet dari pohon-pohon tersebut.
      Akhirnya ketika sampai di depan PT. Elastis, yaitu kantor yang mengelola pohon karet, Bu Ambar pun menyuruh mereka untuk turun  dari bus, dan segera masuk ke dalam kantor. Di kantor tersebut mereka bertemu dengan Pak Anton, beliau adalah pemilik dari perkebunan karet. Mereka pun di sana diajak untuk melihat proses pembuatan karet, mulai dari proses pengambilan getah dari pohon hingga proses terbentuknya karet. Tapi sayang sekali mereka tidak diperkenankan untuk masuk ke dalam ruangan yang mengolah getah-getah karet tersebut. Karena bau zat kimia yang digunakan mengolah getah karet sangat berbahaya bagi pernapasan, terutama untuk anak-anak. Jadi mereka hanya melihat proses pembuatan karet dari balik kaca yang ada di ruangan tersebut. Sambil diajak melihat-lihat dan berkeliling, Pak Anton juga menjelaskan pada mereka bagaimana proses pembuatan karet. Tak ketinggalan mereka juga ditunjukan hasil karet yang baru saja selesai diolah. Di sana mereka diberikan kesempatan untuk bertanya pada Pak Gatot mengenai proses pembuatan karet. Andy yang adalah salah satu yang paling suka mengenai hal-hal baru.  Andy pun bertanya mengenai bahan kimia apa saja yang digunakan untuk mengolah getah karet. Dengan penuh senang hati Pak Gatot pun menjelaskan mengenai bahan-kimia yang dipakai untuk mengolah getah karet. 
           Setelah mereka puas berada di pabrik pengolahan getah karet, mereka pun segera meninggalkan pabrik dan melanjutkan perjalanan. Anak-anak pun  satu per satu kembali ke dalam bus. Di  dalam bus Bu Ambar pun menayakan pada anak-anak bagaimana perasaan  mereka, dan apa saja yang sudah mereka dapatkan setelah mengunjungi dua tempat itu. Bu Ambar sengaja berusaha memancing anak-anak, agar mereka mau mensharingkan pengalaman mereka,  Kali ini Jimmy pun berdiri untuk mensharingkan pengalamannya. Saat itu anak-anak yang lain pun diam dan dengan antusias mendengarkan Jimmy mensharingkan pengalamannya. Saat Jimmy mensharingkan pengalamannya Alvin pun berkata pada Dhito kalau ia tadi pagi sudah salah jika ia sudah salah jika ia menolak untuk ikut kegiiatan kemah ini. Ia bersyukur karena dengan ikut kegiatan kemah ini, ia bisa  tahu dan belajar banyak hal dari kedua tempat yang sudah dikunjungi tadi. Mendengarkan sahabatnya yang berkata demikian, Dhito pun tersenyum dan mensupport sahabatnya agar ia tetap bersemangat untuk mengikuti kegiatan kemah nanti.
          Saat itu di dalam bus mereka semua tampak kelelahan, dan tertidur. Tanpa terasa mereka pun tiba di Bumi Perkemahan Kayu Lapis. Sebelum mereka semua turun dari bus, Bu Ambar pun memperingatkan anak-anak agar mereka tidak banyak bercanda, dan harus mengikuti pengarahan dari pemandu. Saat itu gerimis dan kabut serta jalan menuju perkemahan itu licin melanda daerah itu. Pemandu jalan pun meminta mereka untuk mematuhi peraturan yang diberikan oleh pembina. Saat itu pemandu memperingatkan mereka agar selalu berhati-hati dalam melewati jalan menuju perkemahan, karena jalan yang menanjak naik serta licin akibat dari hujan gerimis. Pemandu juga memperingatkan mereka agar tidak memegang atau merusak sesuatu selama mereka berjalan menuju lokasi perkemahan.  Saat itu mereka diwajibkan untuk berjalan secara kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang.
          Mereka pun berjalan mengikuti instruksi yang diberikan oleh pemandu. Tiba-tiba Mitha melihat sebuah kupu-kupu yang berwarrna merah tua dengan bintik-bintik hitam pada sayapnya. Mitha pun begitu sangat tertarik lalu mengikuti kemana kupu-kupu itu terbang. Mitha pun lupa kalau ia harus mengikuti kelompoknya. Mitha pun terus berjalan mengikuti kemana kupu-kupu itu terbang. Hingga setelah beberapa saat kemudian,  kupu –kupu itu hinggap di sebuah pohon tua yang berukuran besar. Ia pun melihat di tengah-tengah pohon tua ada sebuah lubang besar. Mitha pun penasaran dengan lubang besar yang ada di tengah-tengah pohon tua itu. Ia pun kemudian memberanikan diri untuk masuk ke dalam lubang besar itu. Ketika ia masuk ke dalam lubang itu, ia tidak menemukan sesuatu apapun. Ia pun kemudian keluar dari lubang itu. Tapi, setelah beberapa saat kemudian Mitha melihat sekumpulan kupu-kupu yang keluar dari lubang pohon besar itu. Mitha pun merasa kagum dengan keindahan warna sekelompok kupu-kupu tersebut. Melihat hal itu, Mitha yang memiliki hobi menggambar segera mengeluarkan kertas dan pensil.  Ia pun mulai menggambar segerombolan kupu-kupu tersebut yang sedang asyik terbang ke sana ke mari.
        Saat berjalan menuju ke lokasi perkemahan, Adit pun baru menyadari kalau  salah seorang dari anggoota kelompoknya ada yang tersesat. Ia pun kemudian segera memberitahukan hal ini pada Bu Ambar. Bu Ambar pun memerintahkan pada anak-anak untuk berhenti sampai Mitha  berhasil kembali ditemukan. Saat itu Pak Amir, Pak Bagus, dan Mas Jack pun berpencar mencari keberadaan Mitha sekarang. Mas  Jack yang sudah sangat hafal daerah hutan tersebut segera membagi arah mereka akan berpencar. Mereka bertiga berpencar menjadi tiga arah: Pak Amir mencari ke arah yang tadi sudah mereka lalui, Pak Bagus mencari ke arah timur, sedangkan Mas Jack mencari ke arah barat. Sebelum mereka bertiga berpencar untuk mencari Mitha, mereka pun berdoa terlebih dahulu agar tidak ada gangguan apapun dan dapat segera menemukan Mitha kembali.
      Di bawah pohon besar itu Mitha pun sedang asyik menggambar segerombolan kupu-kupu tersebut. Ia terus menggambar dan meluangkan imajinasinya, tanpa ia ingat kalau ia sudah terpisah jauh dan kelompoknya. Saat Mitha sedang asyik menggambar, ia mendengar ada  suara seseorang yang memanggil-manggil namanya. Mendengar itu Mitha pun bergegas memasukkan kertas gambarnya dan bersembunyi di balik semak-semak  yang ada di belakang pohon besar itu. Ketika Mas Jack sedang melewati pohon besar itu merasa penasaran dengan lubang besar yang ada di tengah pohon tua itu. Mas Jack pun memberanikan diri mendekat dan melihat lubang besar yang ada di tengah-tengah pohon tua itu. Tapi ketika itu Mas Jack tidak menemukan apapun di dalam lubang besar itu. Setelah Mas Jack keluar dari lubang besar itu, ia melihat ada sesuatu yang bergerak-gerak dibalik semak-semak yang ada di balik pohon. Mas Jack pun penasaran dan segera ingin melihat apa yang terdapat di balik semak. Dengan mengendap-endap secara perlahan Mas Jack pun mendekati sesuatu yang terdapat di balik semak-semak tersebut. Ketika itu Mas Jack pun terkejut ternyata yang bersembunyi di balik adalah Mitha. Melihat Mitha yang akhirnya berhasil ditemukan, Mas Jack pun bertanya bagaimana Mitha bisa terpisah dari rombongan dan akhirnya tersesat. Mitha pun dengan jujur dan polos menceritakan bagaimana ia bisa tersesat. Sambil mendengarkan Mitha bercerita, Mas Jack pun memberikan Mtha sebungkus roti dan air mineral, lalu kemudian mereka kembali ke rombongan.   
          Setelah mereka sejenak berbincang-bincang, mereka pun melanjutkan kembali perjalanan mereka. Mas Jack pun sengaja menggandeng tangan Mitha agar kejadian tadi terulang kembali. Melihat Mas Jack yang begitu dengan mudah melewati jalan untuk kembali, Mitha pun yang merasa sangat penasaran bertanya pada Mas Jack. Mitha pun mengira kalau Mas Jack sudah hafal betul jalan di hutan itu Mendengar pertanyaan Mitha,Mas Jack pun tersenyum lalu berhenti sejenak dan menjeaskan pada Mitha. Saat mereka berhenti sejenak, Mas mengambil sebuah potongan kertas kecil berwarna merah yang berada di tanah. Mas Jack pun menjelaskan kepada Mitha tujuan ia menyebar kertas berwarna merah agar dapat kembali ke rombongan. Hal ini sering dilakukan Mas Jack terutama saat ia memandu acara kemah atau jika mencari anggota yang tersesat. Teknik ini bagi Mas Jack menjadi cara yang ampuh daripada harus menggunakan kompas atau yang lain.
                 Setelah mereka berjalan yang kurang lebih 15 menit, akhirnya Mitha pun merasa                               senang dapat kembali bertemu dengan Bu Ambar dan juga teman-temannya yang lain. Setelah mereka bertemu kembali, Mitha pun menceritakan dengan jujur bagaimana ia bisa tersesat. Mitha pun juga meninta maaf dan berterima kasih karena ia merasa sudah merepotkan banyak  orang. Setelah mereka mendengarkan cerita dari Mitha, mereka pun memeluk Mitha dan berharap kejadian itu tidak terulang kembali.
            Setelah Mitha kembali ke kelompoknya, mereka pun segera melanjutkan perjalanan mereka. Saat itu mereka harus menempuh jarak kira-kira 500 meter lagi untuk bisa dapat sampai ke lokasi perkemahan. Saat itu Mas Jack pun mengajak mereka untuk bernyanyi agar mereka tidak merasa terlalu lelah dan bosan.
           Setelah mereka berjalan dengan jarak tempuh 500 meter, mereka pun tiba di lokasi perkemahan. Kembali, mata disuguhi dengan pemandangan yang begitu indah. Yaitu mereka dapat melihat kota dari atas tempat mereka melakukan kemah. Akhirnya rasa capek dan lelah mereka pun hilang, Saat mata mereka melihat  langsung pemandangan yang indah itu.                   
          Saat itu malam terasa sangat sunyi dan angin malam terasa sangat terasa di pori-pori bahkan tulang. Mereka pun diajak oleh pemandu untuk keluar dari kemah mereka masing-masing.  mereka pun diajak untuk duduk melingkar dan tak ketinggalan mereka juga ditemani dengan hangatnya api unggun yang bisa mengurangi hawa dingin malam itu. Malam itu mereka diajak untuk bernyanyi bersama, tak ketinggalan dengan iringan suara music gitar yang membawa mereka dalam suasana keakraban satu sama lain. Sesudah itu satu per satu mereka diajak untuk mensharingkan pengalaman pribadi yang sudah mereka dapatkan selama perjalanan menuju ke lokasi perkemahan. Bagi mereka yang bercerita dapat menceritakan pengalamannya secara menarik akan mendapatkan hadiah. Satu per satu mereka pun saling bercerita, hingga tiba giliran Alvin untuk bercerita mengenai pengalamannya. Semula ia merasa ragu untuk menceritakan pengalaman tersebut, tapi atas dorongan dari sahabatnya akhirnya ia mau menceritakan pengalamannya. Alvin pun berdiri dan menceritakan pengalamannya. Di hadapan guru dan teman-temannya Alvin bercerita jujur kalau semula ia tidak  ingin mengikuti dengann alasan kegiatan kemah itu sangat membosankan. Tapi ketika mengunjungi Kampung Gamelan dan perkebunan-pabrik pengolah karet Alvin pun mulai menikmatinya. Ia pun sadar, ia mendapatkan banyak pengalaman saat mengunjungi dua tempat itu, termasuk saat kegiatan kemah berlangsung ia merasakan keakraban dan kekompakan dengan teman-temannya yang lain. Setelah Alvin selesai menceritakan pengalamannya, ia pun langsung mendapatkan tepuk tangan meriah dari guru serta teman- temannya. Tak ketinggalan Mitha pun juga ikut mensharring pengalamannya yang sudah ia alami siang tadi. Ia  sendiri juga meminta maaf dan berterima kasih pada guru dan teman-temannya karena merasa sudah merepotkan mereka atas kejadian siang tadi.  Setelah semua murid menceritakan pengalamannya, Mas Jack pun mengajak mereka untuk berdoa malam bersama kemudian mereka pun kembali ke tenda masing-masing untuk beristirahat.
         Esok paginya pukul 4 dini hari, Mas Jack bersama para guru membangunkan para murid yang lain. Setelah mereka bangun, mereka pun diajak untuk mensyukuri karunia yang sudah Tuhan berikan pada mereka. Lagi-lagi, satu per satu mereka diajak untuk mengungkapkan doa berupa ungkapan syukur atas apa yang sudah mereka terima sampai saat ini. Kemudian setelah itu Mas Jack pun mengajak mereka berolah raga ringan, menggerakkan tangan-kaki serta anggota tubuh mereka lain. Setelah itu, mereka pun mandi dan dilanjutkan dengan sarapan bersama.   
               Setelah selesai sarapan dan mandi, mereka pun diajak untuk berkumpul kembali. Ketika itu adalah waktu untuk menentukan siapa yang menjadi pemenang untuk sharring pengalaman tadi malam. Akhirnya diputuskan bahwa juara ketiga adalah Mitha, juara kedua adalah Alvin, dan juara pertama jatuh kepada Sasa. Kemudian setelah itu mereka pun segera berbenah untuk kembali pulang.  Akhirnya setelah semua sudah siap mereka pun melanjutkan kembali perjalanan mereka pulang.

           Selama  perjalanan pulang, banyak dari mereka yang merasa kelelahan dan tertidur di dalam bus. Akhirnya setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 Jam akhirnya mereka pun tiba kembali di sekolah dengan selamat.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar