Avilla
Maria F.Christina
Sore itu anak-anak sedang bermain
kejar-kejaran. Mereka saling berteriak gembira satu sama lain, terkecuali
Avilla. Ia adalah anak perempuan yang dikenal selalu ceria oleh banyak orang di
sekeiilingnya. Saat itu Pandu dan Alvin sedang bermain bola. Tanpa sengaja bola
tersebut mengenai mata Avilla. Walaupun
demikian Avilla tidak marah dan ia pun mengembalikan bola itu pada Alvin.
Sepanjang perjalanan menuju Avilla
mengucek-ucek matanya dengan tangan kiri. Tanpa ia menyadari kalau tangannya
kotor. Ketika sampai di rumah pun Avilla pun tidak menceritakan pada orang
tuanya mengenai apa yang terjadi pada dirinya.
Keesokan harinya ketika ia bangun, ia
merasa di matanya terdapat bintik hitam kecil. Setelah itu Avilla keluar dari
kamarnya untuk mencuci muka. Tanpa
disengaja ternyata sabun yang ia usapkan di wajahnya ternyata mengenai mata.
Avilla pun buru-buru membersihkan matanya dengan air. Beberapa menit kemudian
Avilla merasa bahwa bintik hitam yang ada di mata semakin membesar dan menutupi
sebagian pengelihatannya. Karena pengelihatannya mulai tidak kelihatan, Avilla
pun berjalan keluar kamar mandi dengan tangan merambat di tembok. Ibu Avilla
yang baru selesai memasak , merasa panik ketika melihat Avilla berjalan sambil
merambat di tembok. Ibunya pun lalu berteriak panic pada suaminya. Ayah dan
ibunya menanyakan mengenai apa yang
terjadi pada anak semata wayangnya itu. Di depan orang tuanya Avilla mengatakan
kalau ia tidak bisa melihat dengan jelas. Setelah mengatakan demikian, kedua
orang tua Avilla yang bekerja sebagai buruh merasa tidak mampu membawa anaknya
ke rumah sakit.
Avilla
yang sudah 2 hari tidak ikut bermain dengan anak-anak yang lain ternyata sudah
membuat salah seorang tetangganya ingin tahu. Sore hari Ibu Vita yang adalah
ibu dari Lala sahabat Avilla datang ke rumah bersama anak perempuan. Di sana
kedua orang tua Avilla menceritakan apa yang telah terjadi dengan anak mereka.
Bu Vita yang mendengar cerita tersebut akhirnya
Bu Vita menawarkan agar membawa Avilla ke rumah sakit di kota dan akan
menanggung biaya pengobatannya.
Keesokan
harinya Avilla bersama kedua orang tuanya dan Bu Vita berserta Lala anaknya
berangkat menuju rumah sakit. Akhirnya setelah menempuh perjalanan kurang lebih
45 menit mereka pun akhirnya tiba dii rumah sakit. Sambil menunggu antrian ibu
Avilla merasa sangat cemas apabila hal buruk terjadi pada anak semata wayangnya
tersebut. Setelah melakukan beberapa rangkaian pemeriksaan, akhirnya dokter
memvonis Avilla mengalami kebutaan 80%. Mendengar hal itu ibu Avilla merasa
tidak terima dengan vonis dokter tersebut. Yang ada malahh ibu Avilla mengatakan
bahwa dokter telah salah dalam melakukan pemeriksaan. Melihat hal itu Bu Vita berusaha menghibur Bu
Anton. Setelah dokter memvonisnya demikian, Avilla pun dengan jujur
menceritakan apa yang telah terjadi pada dirinya kemarin sehingga mengakibatkan
dirinya mengalami kebutaan. Mendengar anaknya berkata demikian, Ibu Avilla yang
merasa tidak terima anaknya menderita kebutaan, dengan penuh emosi akan
menuntut kepada keluarga Pandu dan Alvin untuk membiayai biaya pengobatan
Avilla. Avilla pun dengan sabar berusaha mencegah ibunya melakukan hal
tersebut. “Ibu, Avilla berharap ibu
jangan menuntut hal ini kepada mereka. Ini semua bukan karena kesalahan mereka.
Ini semua karena Avilla tidak hati-hati. Jadi Avilla mohon jangan menuntut ini
kepada mereka.” Kata Avilla yang dengan polos. Mendengar Avilla berkata
demikian dokter dan Bu Vita merasa sangat kagum pada sikap Avilla yang
cenderung sabar dan tidak mudah menuntut orang lain. Dokter pun yang merasa
kagum dengan perkataan Avilla tersebut, akhirnya menyarankan Avilla untuk
bergabung dengan kelompok tunanetra, dengan harapan agar Avilla bisa
mengembangkan bakatnya serta bisa hidup mandiri.
Malam harinya sebelum Avilla tidur, ia pun
berdoa. “Tuhan Yesus Yang Maha Kasih, aku bersyukur kepadaMu atas nafas
kehidupan yang masih Kau padaku sepanjang hari ini. Tuhan, walau aku tahu kini
aku sudah tidak bisa melihat lagi dengan jelas, tapi aku percaya padaMu Tuhan
bahwa Engkau akan terus berkarya di
dalam hidupku. Terima Kasih Tuhan.Amen.”
setelah berdoa demikian Avilla pun segera pergi tidur. Tanpa Avilla
mengetahui ternyata ibunya mengintip dan mendengar isi doanya. Betapa malu hati
Ibu Avilla ketika ia mendengar isi doanya anak semata wayangnya itu. Avilla
ternyata masih bisa bersyukur atas apa yang sudah ia alami sepanjang hari,
walaupun sekarang Avilla sudah tidak bisa lagi melihat seperti dulu lagi.
Pagi
itu ketika Ibu Avilla sedang menyapu halaman, tiba-tiba datanglah bu Vita
dengan mobil dan berhenti di depan rumah Avilla. Bu Vita pun menjelaskan maksud
dari kedatangannya untuk membawa Avilla ke tempat komunitas tunanetra seperti
yang disarankan dokter kemarin. Semula ibu Avilla menolak dengan halus tawaran
bu Vita tersebut karena baginya sudah terlalu banyak berhutang budi. Tapi
karena Bu Vita terus menerus membujuk akhirnya Ibu Avilla mengiyakannya.
Setelah
menempuh perjalanan kurang lebih satu
jam akhirnya sampailah mereka di komunitas itu. Di sana Avilla dan keluarganya
disambut dengan baik oleh para penghuni asrama itu dan pembimbingnya. Avillapun
diajak berkeliling di sekitar area asrama untuk merasakan suasana di sana dan
berkenalan dengan para penghuni asrama yang lain . Dan ternyata di asrama
tersebut Avilla diharuskan untuk berpisah dengan keluarganya. Akhirnya ibunya
dengan berat hati harus meninggalkan Avilla.
Setelah
6 bulan kemudian ketika liburan akhir semester Avillapun pulang ke rumah.
Betapa rindu hati kedua orang tua Avilla setelah setahun mereka tidak bertemu
dengan anak mereka. Kedua orang tuanya pun merasa tidak menyangka kalau anak
mereka sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat, bahkan Avilla bisa hidup
secara mandiri seperti kebanyakan orang.
Suatu kali Avilla dan keluarganya
menghadiri acara pentas seni yang diadakan OMK. Avilla pun bertemu dengan
teman-teman segerajanya. Mereka pun saling bertegur sapa dengan Avilla karena
lama tidak jumpa. Walaupun kini kondisi Avilla sudah tidak seperti dulu lagi,
tapi mereka tetap mau bersahabat dengan Avilla.
Acara pentas seni sudah dimulai, mereka
pun menampilkan sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Avilla pun
berkeinginan menunjukkan kemampuannya. Ketika itu Avilla mencoba menghubungi
panitia agar ia bisa ikut berpartisipasi. Melihat itu ada beberapa teman yang
lain yang dengan sengaja merendahkan kemampuan Avilla. Karena mereka berpikir Avilla hanyalah seorang tunanetra.
Di atas panggung Avilla pun mulai menujukkan
kemampuan dalam bermain piano. Saat itu banyak orang merasa kagum dan terharu
dengan kemampuan Avilla yang bisa memainkan piano dengan lagu yang sangat
indah. Kedua orang tuanya merasa bangga dengan Avilla. Lalu ada seorang MC
bertanya pada Avilla mengenai rahasia
kemahirannya dalam bermain piano. Dan dengan mantap Avilla pun menjawab, “ Ya,
yang pasti saya tidak pernah berhenti untuk mencoba, berusaha dan semua ini
terjadi semata-mata bukan karena diri saya sendiri, tapi ini semua karena Tuhan yang berkarya dalam diri saya.”
Mendengar Avilla berkata demikian orang yang menyaksikan merasa sangat terharu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar