Minggu, 02 Agustus 2015

Avilla

                                                                                                Avilla
                                                                                         Maria F.Christina


      Sore itu anak-anak sedang bermain kejar-kejaran. Mereka saling berteriak gembira satu sama lain, terkecuali Avilla. Ia adalah anak perempuan yang dikenal selalu ceria oleh banyak orang di sekeiilingnya. Saat itu Pandu dan Alvin sedang bermain bola. Tanpa sengaja bola tersebut mengenai mata Avilla.   Walaupun demikian Avilla tidak marah dan ia pun mengembalikan bola itu pada Alvin.
    Sepanjang perjalanan menuju Avilla mengucek-ucek matanya dengan tangan kiri. Tanpa ia menyadari kalau tangannya kotor. Ketika sampai di rumah pun Avilla pun tidak menceritakan pada orang tuanya mengenai apa yang terjadi pada dirinya.

      Keesokan harinya ketika ia bangun, ia merasa di matanya terdapat bintik hitam kecil. Setelah itu Avilla keluar dari kamarnya untuk mencuci muka. Tanpa disengaja ternyata sabun yang ia usapkan di wajahnya ternyata mengenai mata. Avilla pun buru-buru membersihkan matanya dengan air. Beberapa menit kemudian Avilla merasa bahwa bintik hitam yang ada di mata semakin membesar dan menutupi sebagian pengelihatannya. Karena pengelihatannya mulai tidak kelihatan, Avilla pun berjalan keluar kamar mandi dengan tangan merambat di tembok. Ibu Avilla yang baru selesai memasak , merasa panik ketika melihat Avilla berjalan sambil merambat di tembok. Ibunya pun lalu berteriak panic pada suaminya. Ayah dan ibunya menanyakan mengenai apa yang terjadi pada anak semata wayangnya itu. Di depan orang tuanya Avilla mengatakan kalau ia tidak bisa melihat dengan jelas. Setelah mengatakan demikian, kedua orang tua Avilla yang bekerja sebagai buruh merasa tidak mampu membawa anaknya ke rumah sakit.
     Avilla yang sudah 2 hari tidak ikut bermain dengan anak-anak yang lain ternyata sudah membuat salah seorang tetangganya ingin tahu. Sore hari Ibu Vita yang adalah ibu dari Lala sahabat Avilla datang ke rumah bersama anak perempuan. Di sana kedua orang tua Avilla menceritakan apa yang telah terjadi dengan anak mereka. Bu Vita yang mendengar cerita tersebut akhirnya Bu Vita menawarkan agar membawa Avilla ke rumah sakit di kota dan akan menanggung biaya pengobatannya.
    Keesokan harinya Avilla bersama kedua orang tuanya dan Bu Vita berserta Lala anaknya berangkat menuju rumah sakit. Akhirnya setelah menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit mereka pun akhirnya tiba dii rumah sakit. Sambil menunggu antrian ibu Avilla merasa sangat cemas apabila hal buruk terjadi pada anak semata wayangnya tersebut. Setelah melakukan beberapa rangkaian pemeriksaan, akhirnya dokter memvonis Avilla mengalami kebutaan 80%. Mendengar hal itu ibu Avilla merasa tidak terima dengan vonis dokter tersebut. Yang ada malahh ibu Avilla mengatakan bahwa dokter telah salah dalam melakukan pemeriksaan. Melihat hal itu Bu Vita berusaha menghibur Bu Anton. Setelah dokter memvonisnya demikian, Avilla pun dengan jujur menceritakan apa yang telah terjadi pada dirinya kemarin sehingga mengakibatkan dirinya mengalami kebutaan. Mendengar anaknya berkata demikian, Ibu Avilla yang merasa tidak terima anaknya menderita kebutaan, dengan penuh emosi akan menuntut kepada keluarga Pandu dan Alvin untuk membiayai biaya pengobatan Avilla. Avilla pun dengan sabar berusaha mencegah ibunya melakukan hal tersebut. “Ibu, Avilla berharap ibu jangan menuntut hal ini kepada mereka. Ini semua bukan karena kesalahan mereka. Ini semua karena Avilla tidak hati-hati. Jadi Avilla mohon jangan menuntut ini kepada mereka.” Kata Avilla yang dengan polos. Mendengar Avilla berkata demikian dokter dan Bu Vita merasa sangat kagum pada sikap Avilla yang cenderung sabar dan tidak mudah menuntut orang lain. Dokter pun yang merasa kagum dengan perkataan Avilla tersebut, akhirnya menyarankan Avilla untuk bergabung dengan kelompok tunanetra, dengan harapan agar Avilla bisa mengembangkan bakatnya serta bisa hidup mandiri.                        
    Malam harinya sebelum Avilla tidur, ia pun berdoa. “Tuhan Yesus Yang Maha Kasih, aku bersyukur kepadaMu atas nafas kehidupan yang masih Kau padaku sepanjang hari ini. Tuhan, walau aku tahu kini aku sudah tidak bisa melihat lagi dengan jelas, tapi aku percaya padaMu Tuhan bahwa Engkau akan terus berkarya di dalam hidupku. Terima Kasih Tuhan.Amen.” setelah berdoa demikian Avilla pun segera pergi tidur. Tanpa Avilla mengetahui ternyata ibunya mengintip dan mendengar isi doanya. Betapa malu hati Ibu Avilla ketika ia mendengar isi doanya anak semata wayangnya itu. Avilla ternyata masih bisa bersyukur atas apa yang sudah ia alami sepanjang hari, walaupun sekarang Avilla sudah tidak bisa lagi melihat seperti dulu lagi.
      Pagi itu ketika Ibu Avilla sedang menyapu halaman, tiba-tiba datanglah bu Vita dengan mobil dan berhenti di depan rumah Avilla. Bu Vita pun menjelaskan maksud dari kedatangannya untuk membawa Avilla ke tempat komunitas tunanetra seperti yang disarankan dokter kemarin. Semula ibu Avilla menolak dengan halus tawaran bu Vita tersebut karena baginya sudah terlalu banyak berhutang budi. Tapi karena Bu Vita terus menerus membujuk akhirnya Ibu Avilla mengiyakannya.    
  Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam akhirnya sampailah mereka di komunitas itu. Di sana Avilla dan keluarganya disambut dengan baik oleh para penghuni asrama itu dan pembimbingnya. Avillapun diajak berkeliling di sekitar area asrama untuk merasakan suasana di sana dan berkenalan dengan para penghuni asrama yang lain . Dan ternyata di asrama tersebut Avilla diharuskan untuk berpisah dengan keluarganya. Akhirnya ibunya dengan berat hati harus meninggalkan Avilla.
    Setelah 6 bulan kemudian ketika liburan akhir semester Avillapun pulang ke rumah. Betapa rindu hati kedua orang tua Avilla setelah setahun mereka tidak bertemu dengan anak mereka. Kedua orang tuanya pun merasa tidak menyangka kalau anak mereka sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat, bahkan Avilla bisa hidup secara mandiri seperti kebanyakan orang.
    Suatu kali Avilla dan keluarganya menghadiri acara pentas seni yang diadakan OMK. Avilla pun bertemu dengan teman-teman segerajanya. Mereka pun saling bertegur sapa dengan Avilla karena lama tidak jumpa. Walaupun kini kondisi Avilla sudah tidak seperti dulu lagi, tapi mereka tetap mau bersahabat dengan Avilla.
    Acara pentas seni sudah dimulai, mereka pun menampilkan sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Avilla pun berkeinginan menunjukkan kemampuannya. Ketika itu Avilla mencoba menghubungi panitia agar ia bisa ikut berpartisipasi. Melihat itu ada beberapa teman yang lain yang dengan sengaja merendahkan kemampuan Avilla. Karena mereka berpikir Avilla hanyalah seorang tunanetra.
  Di atas panggung Avilla pun mulai menujukkan kemampuan dalam bermain piano. Saat itu banyak orang merasa kagum dan terharu dengan kemampuan Avilla yang bisa memainkan piano dengan lagu yang sangat indah. Kedua orang tuanya merasa bangga dengan Avilla. Lalu ada seorang MC bertanya pada Avilla mengenai rahasia kemahirannya dalam bermain piano. Dan dengan mantap Avilla pun menjawab, “ Ya, yang pasti saya tidak pernah berhenti untuk mencoba, berusaha dan semua ini terjadi semata-mata bukan karena diri saya sendiri, tapi ini semua karena Tuhan yang berkarya dalam diri saya.” Mendengar Avilla berkata demikian orang yang menyaksikan merasa sangat terharu.            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar