Rabu, 22 Juli 2015

Alexius


Maria F Christina
 


            Di siang hari yang panas, Alexius sedang merenung sambil berangan-angan untuk melepas masa jomblonya. Sudah lama Alexius jatuh hati pada teman sekelasnya yang bernama Eufrasia. Di mata teman-teman dan para guru Eufra terkenal sebagai anak  yang pandai,selalu ceria,rajin,ramah dan senang bergaul dengan siapa saja. Tidak heran banyak cowo berusaha untuk bisa menjadi kekasihnya tak terkecuali Alexius cowo berkcamata,berdarah chinesse bertumbuh tinggi, dan terkenal dengan senyumannya yang manis karena lesung pipinya .


        Malam harinya Alexius berniat untuk segera mengungkapkan isi hatinya pada Eufra. Dia juga menyiapkan setangkai bunga mawar sebagai tanda ungkapan perasaannya. Setelah semua persiapan selesai tak lupa ia berdoa agar esok ia dapat mengungkapkan perasaannya dan berharap Eufra mau jadi kekasihnya. Sepanjang malam Alexius gelisah tidak bisa tidur karena terus memikirkan yang akan terjadi esok.
        Esoknya di sekolah Alexius pun tidak focus menerima pelajaran karena pikirannya terus melayang-layang memikirkan Eufra. Bel istirahatpun berbunyi saat yang tepat bagi Alexius untuk segera mengungkapkan perasaanya. Alexius pun bergegas menghampiri Eufra yang sedang asyik membaca novel. “lagi baca apa’n kamu fra koq kayaknya asyik banget?” Tanya Alexius. “ eh kamu Alex, ini lagi baca novel ceritanya seru banget ogh” jawab Eufra “ o gitu “ sambil memandang keadaan sekeling kelas yang hanya tinggal mereka berdua saja. Eufra sendiri tidak menyadari kalau dia dan Alexius saja yang berada di kelas. “ Eufra, aku mau ngomong sesuatu sama kamu” kata Alexius. “iya uda ngomong aja gpp” jawab Eufra sambil asyik membolak-balik halaman novel. “ gini fra, uda setahun aku menyembunyikan perasaanku ini.   Sejak kelas X aku uda merasa jatuh cinta sama kamu, tapi waktu itu aku belum punya keberanian untuk bisa ngungkapin perasaan ini, dan mungkin ini adalah waktu tepat untuk ngungkapin perasaanku ke kamu.” “ Eufra, maukah kamu menjadi kekasihku?” Tanya Alexius dan merasa jantungnya berdetak kencang. Tapi ternyata waktu istirahat telah usai para murid bergegas masuk kelas. “Aku kasih jawabannya nanti waktu pulang skolah di taman sekolah. Jawab Eufra. “ iya uda gpp, sampai nanti pulang sekolah.” Perasaan Alexius pun tidak karuan dan yang ada dipikirannya hanyalah berharap cintanya diterima oleh Eufra.
       Bel tanda pelajaran telah usai akhinya berbunyi. Alexius pun bergegas menuju taman sekolah. Di sana dia melihat Eufra sedang duduk sambil memandang ikan-ikan di kolam. “ Eufra, rupanya kamu sudah tiba di sini lebih dulu?” Tanya Alexius.  “ iya kan sesuai dengan apa yang aku bilang tadi.” Jawab Eufra. “ jadi apa jawaban kamu? Maukah kamu jadi kekasihku?” Tanya Alexius dan jantungnya terus berdetak kencang. “ iya Alex aku mau jadi pacar kamu.” Jawab Eufra. Mendengar jawaban itu Alexius merasa tidak percaya kalau keinginannya bisa tercapai. Sejak saat itu mereka berjanji untuk saling setia dan memahami satu sama lain
    Suatu hari ia secara tidak sengaja mendengar doa dan keinginan ibunya. Betapa hancur hati Alexius karena ibunya menginginkan dia untuk menjadi seorang pastor. Malam harinya ketika makan malam  tiba-tiba ibunya mengajaknya berbicara. “ Alex, kamu ini anak ibu satu-satunya. Ibu itu sudah tua kata dokter penyakit jantung ibu semakin hari kian parah dan mungkin hidup ibu sudah tidak lama lagi.  Alex, ibu tiap hari berdoa agar kelak kamu bisa menjadi seorang pastor. Ibu ingin melihatmu mempersembahkan kurban misa sebelum ibu bahagia di surga. Kamu bisa kan Alex mewujudkan keinginan ibu?” Tanya ibu. “ ibu, ibu ini ngomongnya kok jadi nglantur gitu sich? Alex ga habis pikir sama maksud keinginan ibu.  Yang penting sekarang Ibu harus kuat dan optimis, kalau ibu bisa sembuh.”  Dalam hati perasaannya terus terusik akan keinginan ibunya. Kini dia harus memilih tetap mencintai Eufra atau mewujudkan keinginan ibunya. Dan tiap malam dia terus berdoa agar Tuhan memberinya pilihan yang terbaik.  Alexius pun mengirimkan pesan singkat kepada Eufra
       “ sayang,besok sore kita ketemuan di café seperti biasa jam 5. Ada sesuatu yang mau aku omongin sama kamu… penting… sampai ketemu besok ya say… Good night honey..  I miss u…”
     Eufra pun setelah membaca pesan singkat dari Alexius merasa penasaran dan bertanya-tanya tentang maksud  kekasihnya itu yang ingin membahas sesuatu. 
       Sore harinya Alexius pun sudah menunggu di cafe. Dan tak lama kemudian Eufra pun datang dan menghampiri kekasihnya . “ hai Alex, maav iya sayang aku datangnya lama..” sapa Eufra  sambil mencium kening Alexius. “ iya sayang ga papa aku juga barusan datang koq.. “ jawab Alexius yang sedikit berbohong.. “ o iya  sayang katanya semalem ada yang mau kamu omongin? Iya uda ngomong aja sekarang..” Tanya Eufra yang begitu penasaran.  “Eufra, mungkin ini terakhir kalinya kita bertemu. Aku tahu ini mungkin berat untuk kamu, tapi ini sudah menjadi keputusanku untuk mewujudkan keinginan ibu ku untuk menjadi pastor. Jadi mungkin hubungan kita cukup sampai di sini.” Jelas Alexius. Mendengar itu Eufra merasa tidak percaya pada apa yang dibicarakan oleh kekasihnya itu.  “ tapi Alex bukankah seharusnya panggilan itu karena keinginan dari hati bukan karena desakan keinginan orang tua? Tanya Eufra “ iya aku tahu kalau menjadi seorang pastor itu merupakan panggilan hati, tapi apa daya karena ibuku terus-menerus bertanya kapan aku bisa mewujudkan keinginannya. Jujur aku sendiri sendiri merasa berat mengambil keputusan ini. dan mungkin inilah saaatnya aku ingin memenuhi keinginan ibuku yang terakhir. Jadi mungkin hubungan kita cukup sampai di sini. Makasih karna kamu sudah memberikan aku kesempatan dan pengalaman untuk bisa merasakan indahnya menjalin cinta. Dan mungkin inilah jalan yang telah Tuhan berikan untuk kita, mungkin jalan kita memang berbeda tetapi. yakinlah, kalau aku akan tetap mencintaimu karena dirimu lah cinta pertama dan terakhir bagiku. Aku  tahu kalau aku tidak bisa memiliki dirimu seutuhnya, tapi aku akan selalu berdoa untukmu semoga Tuhan memberikanmu teman hidup yang tepat buatmu” . kata Alexius sambil mencium kening Eufra untuk yang terakhir kalinya dan berjalan meninggalkan Eufra. Mendengar penjelasan Alexius, Eufra pun merasa sangat  kecewa pada keputusan yang diambil itu. Dalam hati ia merasa bahwa selama ini hubungan cintanya dengan Alexius sia-sia, setelah ia tahu akhir cinta berujung seperti ini.
       Setelah beberapa tahun menjalani kehidupannya di seminari entah mengapa  dalam hati Alexius panggilannya untuk menjadi imam mulai goyah. Alexius pun tiba-tiba teringat akan Eufra kekasihnya dulu sewaktu SMA.. Dalam hatinya Alexius selalu ingin mengetahui kabar tentang Eufra. Ia teringat bahwa Eufra pernah bercerita bahwa setelah lulus SMA dia ingin melanjutkan pendidikan untuk masuk keperawatan.
       Suatu hari Alexius mendapat kabar dari pamannya kalau penyakit jantung yang di derita oleh ibunya tiba-tiba kambuh dan harus segera di rawat di rumah sakit, maka Alexius pun  memutuskan untuk meminta izin cuti kepada Romo rektor untuk pulang guna merawat ibunya yang sedang sakit. Di sepanjang perjalanan pikiran Alexius pun menjadi tidak tenang. Dalam hatinya ia hanya bisa berdoa untuk kesembuhan ibunya. Setelah tiba di rumah sakit Alexius pun bergegas menuju kamar tempat ibunya di rawat. Alexius pun tak kuasa melihat kondisi ibunya yang tidak sadarkan diri. Ia merasa sedih karena ibu yang satu-satunya ia sayangi kini hanya bisa tergolek lemah di rumah sakit. Alexius pun terus berdoa untuk memohon kesembuhan bagi ibunya, baginya ibu adalah sau-satunya harta yang sangat berharga. Karena sejak kecil semenjak ayahnya meninggal ibunya lah yang berjuang mencari nafkah untuk bisa menghidupinya.
             Ketika sedang berjalan menuju ke apotik guna membeli obat bagi ibunya. Tiba-tiba ia bertemu dengan seorang perawat yang kelihatannya wajahnya tidaklah asing bagi Alexius.  Alexius  pun terus bertanya dalam hati mungkinkah perawat tadi itu Eufrasia mantan kekasihnya sewaktu SMA? Alexius pun berharap bisa bertemu kembali dengan perawat tersebut.
       Ketika sedang menyuapi ibunya tiba-tiba perawat yang ia lihat kemarin masuk dan memberikan obat yang harus diminum oleh ibunya. Dengan penuh keberanian Alexius pun memberanikan diri untuk mengetahui siapakah perawat itu sebenarnya. “Maav suster, benarkah suster ini Eufrasia Chlarissa Handoko?” Tanya Alexius “ iya, betul saya Eufra. Maaf Anda sendiri siapa?” jawab Eufra “ Saya Alexius Elvin Pratama Wijaya. Saya temanmu dulu ketika waktu SMA.”  Eufra pun tidak menyangka kalau dia harus bertemu mantan kekasihnya sewaktu SMA. Eufra  pun buru-buru meninggalkan Alexius. Alexius pun berusaha untuk mengejar Eufra, tapi kali ini dia gagal bertemu dengan Eufra. Keesokan harinya Alexius pun berusaha mencari informasi tentang Eufra lewat rekan-rekan kerjanya dan akhirnya Alexius pun berhasil mendapatkan no hp Eufra. Malam harinya Alexius pun memberanikan diri untuk mengirimkan pesan singkat pada Eufra.


“Malam Eufra
Ini  aku Alexius teman mu dulu waktu SMA. Eufra, apa kabarmu?  Lama iya kita tidak bertemu. Aku juga tidak menyangka kalau  kita akan bertemu di rumah sakit ini.Eufra, kalau besok kamu tidak sibuk. Kita bertemu di kantin rumah sakit sewaktu jam makan siang ada sesuatu hal yang mau aku bicarakan sama kamu . Aku  tunggu besok.
 Thanks. God Bless.. :)
 Alexius  Elvin  Pratama Wijaya.
      Siang harinya Alexius pun sudah berada di kantin rumah sakit. Setelah cukup lama menunggu Eufra pun tiba dan mereka langsung memesan makanan. “ Eufra, seperti yang aku bilang kemarin sama kamu ada sesuatu yang sesuatu mau aku omongin. Eufra, saat ini adalah masa-masa sulit bagiku, ibuku sekarang ini sedang sakit, dan di sisi  lain aku pun juga harus menyelesaikan thesis ku karena sebentar lagi aku akan di tahbiskan menjadi imam. Jujur, aku sedih melihat kondisi ibuku seperti ini. Aku pun saat ini sedang berusaha untuk mewujudkan keinginan beliau , iya meski aku tahu itu tidaklah mudah banyak godaan, tantangan, suka dan duka  yang harus aku lalui selama aku di seminari, tapi aku hanya bisa berdoa pada Tuhan agar Dia memberikanku kekuatan supaya aku sanggup melewati semua itu demi mewujudkan impian ibuku. Dan aku pun juga tidak bisa berada di sini untuk mendampingi ibu, karena aku harus kembali ke seminari untuk mempersiapkan tahbisan ku. Jadi aku di sini mau minta tolong sama kamu Eufra, tolong  jaga dan rawat ibuku selagi aku kembali ke seminari untuk mengurus persiapan tahbisanku. Aku berharap ketika nanti aku ditahbiskan ibuku bisa mendampingi dan aku ingin melihat ibuku tersenyum bahagia saat aku mempersembahkan kurban misa . Tolong iya Eufra aku titip ibuku.”  jelas Alexius, tanpa di sadari Alexius pun meneteskan air matanya. “ iya Alex, aku mau menjaga dan merawat  ibumu sampai sembuh. Jujur aku terharu mendengarkan isi hatimu. Aku kagum dan terharu karena ternyata kamu memiliki cita-cita yang begitu mulia demi membahagiakan ibumu dan memuliakan nama Tuhan. Alex, aku akan selalu berdoa untuk mu agar kelak setelah kau di tahbiskan, kau bisa menjadi seorang imam yang baik.” Jelas Eufra. “ makasih banyak iya Eufra, karna kamu mau menolong aku menjaga ibuku. Dan kayaknya aku tidak bisa terlalu lama di sini, karna aku harus kembali ke seminari. O iya Eufra, hampir lupa ini ada undangan tahbisanku. Aku berharap kau bisa datang.” Jelas Alexius sambil menyodorkan undangan dan bergegas pergi.  
      2 minggu kemudian Alexius mendapat kabar dari Eufra bahwa kondisi ibunya sudah berangsur-angsur membaik dan dokter pun mengijinkan ibunya untuk pulang. Alexius pun tidak sabar untuk menyemput ibunya pulang dari rumah sakit. Eufra pun turut mengantar ibunya pulang dari rumah sakit  dan ia menawarkan diri dengan sukarela untuk merawat ibunya selama masa perawatan. “ Eufra, makasih banyak iya karna kamu sudah banyak menolong aku dalam merawat ibuku. Aku jadi ngrasa ngga enak karna uda banyak ngrepotin kamu.”  “ iy ga apa-apa lagian sama mantan pacar sendiri koq hehe. Aku juga seneng bisa bantu kamu dan ibumu, yang penting melihat kondisi ibumu pulih kembali, bagiku itu sudah menjadi kebahagiaan tersendiri. Nah, sekarang kan kondisi ibumu sudah mulai pulih, sekarang waktunya kamu lebih focus dalam mempersiapkan tahbisanmu yang tinggal beberapa hari lagi. Dan yang paling penting aku di sini akan selalu berdoa buat kamu, agar kamu selalu setia pada panggilanmu. ” Jelas Eufra yang berusaha untuk mendukung dan meneguhkan  Alexius
    Akhirnya hari yang sekian lama dinanti-nantikan telah tiba, Alexius pun berusaha mempersiapkan diri sebaik mungkin. Dan sebelum berangkat  menuju gereja tempat ia akan ditahbiskan  Alexius pun berkata pada ibunya “ bu, telah sekian lama aku berjuang demi tercapainya impian ibu ini. Banyak hal yang aku lalui dan aku rasakan yang kadang membuat ku merasa goyah dalam memilih dan menjalankan panggilan ini, tapi aku hanya bisa berdoa memohon kekuatan pada Tuhan agar aku sanggup melewati semuanya itu. Dan Puji Tuhan sampai saat ini pun aku masih bisa bertahan , dan sebentar lagi adalah saat yang benar-benar berarti bagiku. Dan yang yang paling penting aku bahagia karna ibu bisa mendampingiku di saat aku mengikarkan janji untuk tetap setia dan taat pada perintah Tuhan yang telah memilih dan memanggil aku.“ jelas Alexius yang tanpa disadari ia pun mengeluarkan air mata. “ makasih iya Alex, ibu benar-benar bangga memiliki anak seperti mu. Tidak salah kalau dulu ibu memintamu untuk menjadi pastor. Ibu bahagia karna keinginan ibu sebentar lagi akan terwujud” Jawab ibu sambil tersenyum 
     Misa tahbisan pun akhirnya di mulai terlihat banyak tamu undangan dan umat yang datang menghadiri tahbisan tersebut tak terkecuali Eufra, ia berusaha untuk menyempatkan diri datang pada tahbisan mantan kekasihnya itu.
     Tibalah puncak acara pentahbisan 7 calon imam Serikat  Mission Para frater diakon maju ke depan Altar dan mereka mengikarkan 3 kaul dan megatakan bahwa mereka akan patuh pada perintah uskup kemanapun mereka diutus . Lalu setelah itu uskup menumpangkan tangan pada para frater diakon sebagai tanda pelimpahan  tugas dari uskup pada mereka. Setelah ditahbiskan para imam baru itu mengenakan stola dan kasula yang diberikan oleh uskup.   
     Setelah melihat Alexius ditahbiskan, ibunya tersenyum bahagia. Dan dalam hati ibu itu berdoa dan berkata ”Tuhan, sekarang aku telah melihat kalau anakku  mempersembahkan dirinya untuk menjadi pekerjaMu. Tuhan, sesuai janjiku sekarang aku sudah siap menghadap kehadiratMu dan aku telah melihat impianku kini telah terwujud. “ setelah berkata demkian ibu Alexius akhirnya meninggal dengan damai.  Melihat itu Eufra hanya mengira kalau ibu Alexius sedang asyik berdoa atau mungkin tertidur. Tapi lama-kelamaan Eufra pun menjadi panik karna ibunya Alexius belum juga terbangun lalu setelah melihat denyut nadinya ternyata ibu Alexius ternyata telah  meninggal dunia. Melihat hal itu umat yang lain pun menjadi ribut  dan misa pun akhirnya terpaksa diberhentikan. Alexius pun bergegas menghampiri ibunya. Dia  merasa amat sedih dan tidak menyangka di saat ia di tahbiskan bersamaan dengan ibunya dipanggil menghadap Tuhan.
         Keesokan harinya Alexius merasa tidak sanggup untuk memimpin misa requiem yang sekaligus misa perdana baginya. Alexius pun selama memimpin misa ,dan  ketika memberkati jenazah ibunya ia tidak berhenti menetaskan air mata. Melihat hal itu Eufra merasa tidak tega melihat Alexius, bahkan banyak orang yang melayat berusaha untuk menghibur Alexius. Ketika jenazah ibunya mulai dimasukkan dalam kubur Alexius merasa tidak sanggup bahkan hampir pingsan. Ketika acara penguburan itu selesai Alexius berubah menjadi seorang yang pemurung serta pendiam, dalam hati ia merasa bahwa usahanya untuk mewujudkan keinginan ibunya menjadi imam sia-sia belaka. Eufra pun yang memutuskan untuk menemani Alexius beberapa hari di rumah dan berusaha untuk menghiburnya. 
    Suatu sore Alexius berjalan-jalan ke suatu taman, di sana ia masih teringat kenangan masa lalunya bersama Eufra, dalam hati ia merenungkan dan merasa  cita-citanya menjadi imam terasa sia-sia sejak kematian ibunya. Dan yang terlintas dalam pikirannya saat ini adalah ia ingin merajut cintanya kembali bersama Eufra. Sejenak ia tidak menyadari kalau dirinya sudah menjadi imam. Dalam situasi tersebut ia memutuskan untuk membicarakan tentang pergolakan batinnya kepada sahabatnya yang sekaligus rekan imamnya.
       keesokan harinya ia pergi ke suatu gereja di daerah pedesaan, tempat sahabatnya bertugas. Di sana Alexius datang dengan wajah yang seperti sedang memiliki masalah berat. Adrian, rekan imamnya itu tidak menyangka kalau sahabatnya tiba-tiba akan berkunjung tanpa memberi kabar kepadanya, dalam hati ia bertanya-tanya tentang maksud kedatangan sahabatnya itu. Alexius kemudian tiba-tiba memeluk sahabatnya  sambil menangis. Alexius pun menceritakan pergumulan batinya tersebut “ Adrian sahabatku, entah mengapa rasanya cita-citaku menjadi imam terasa sia-sia belaka, karena aku memperjuangkan keinginan ibu ku, tapi sekarang yang terjadi ibu ku sudah dipanggiil Tuhan  tepat pada hari aku ditahbiskan. Jadi menurutku, sia-sia lah aku menjadi imam karena Ibu ku, tidak bisa melihat aku mempersembahkan misa. Dan di sisi lain aku juga masih mencintai Eufra, dia mantan kekasihku. Dialah yang sudah merawat ibuku, hingga akhirnya ibuku dapat menghadiri tahbisanku. Dan sekarang yang ada dalam pikiran adalah aku ingin kembali dengan Eufra
“  kata Alexius sambil meneteskan air mata. Seketika itu juga Adrian terkejut mendengar curahan hati sahabatnya. Lalu kata Adrian. “Alexius sahabatku, aku bisa mengerti apa yang kau rasakan saat ini, berat rasanya jika harus memilih dalam dua pilihan. Ibumu di sana pasti merasa tidak tenang dan sedih melihat anaknya meninggalkan imamatnya, walaupun ibumu sudah tidak ada di dunia ini. Cuma satu saranku,  berdoalah mintalah petunjuk pada Tuhan agar kamu dapat mengambil keputusan yang terbaik. Dan aku sebagai sahabat apapun keputusanmu, aku ikut mendukungmu, kawan  .” Setelah berkata demikian Adrian berjalan keluar meniggalkan sahabatnya.                     
          Selama berada di dalam gereja Alexius hanya menangis sambil `       memandang salib Yesus, seolah menumpahkan permasalahan yang dihadapi.  Setelah berada di dalam gereja kira-kira satu jam, Alexius lalu keluar.  Ketika itu juga Adrian yang sedang berjalan-jalan di sekitar halaman gereja melihat Alexius keluar, lalu menghampiri Alexus. “ Alexius sahabatku, jikalau engkau sudah merasa sanggup untuk melanjutkan kembali tugas imamatmu, kau bisa bertugas di sini untuk sementara waktu, selagi kau menunggu surat keputusan untuk tugas di tempat yang baru. Lagian di sini juga masih ada kamar yang kosong dan umat di sini pun juga masih membutuhkan tenaga imam.” Kata Adrian. Mendengar hal itu senanglah hati Alexius dan Ia merasa beruntung memiliki sahabat seperti Adrian. Sejak awal pertama Alexius memilih hidup di seminari, Adrianlah sahabat yang sering menjadi teman curhat bagi Alexius. “Terima kasih banyak sahabatku, kau adalah teman yang paling setia, lebih-lebih saat aku mengalami masalah seperti sekarang ini.” Kata Alexius. “ Alexius, kau bisa datang ke sini kapan pun kau mau,karena gereja ini selalu terbuka untuk mu.” Kata Adrian sambil memeluk Alexius. Alexius pun kembali pulang ke rumahnya. Sepanjang perjalanan pulang pikiran Alexius tidak tenang, sampai- sampai ia  hampir menabrak seorang pejalan kaki, tapi untung lah tidak terjadi apa-apa. Ketika sampai di rumah hari sudah menjelang malam, Alexius pun mandi lalu menyendiri di dalam kamar. Saat itu Eufra yang masih tinggal bersama Alexius mengetuk pintu kamarnya untuk mengajak makan malam. Eufra merasa bahwa sikap dan kelakuan Alexius masih belum kembali seperti sedia kala waktu sebelum ibunya meninggal.           
       Ketika makan malam,Eufra melihat Alexius begitu terdiam. Eufra pun memulai pembicaraan dengan “ Alex, tadi pagi kamu kemana kok waktu aku pulang dari rumah sakit kok di rumah sepi sekali?” Tanya Eufra. Lalu jawab Alexius.”aku habis dari tempat temanku, sekaligus cari suasana yang beda. Aku ga mau larut dalam kesedihan ini” Alexius pun berusaha menyembunyikan pergumulan batinnya itu dari Eufra, ia tidak ingin Eufra tahu tentang apa yang terjadi pada dirinya. “ Syukur  dech Alex aku senang mendengarnya. O iya gimana? uda dapat surat keputusan untuk tugas di tempat baru?” Tanya Eufra. “sampai saat ini belum ada surat pemberitahuan tugas mungkin sekitar satu bulan lagi”  jawab Alexius
      Malam harinya Alexus tidak dapat tidur, ia terus memikirkan masalah yang saat ini sedang ia hadapi. Alexius saat ini merasa bahwa dirinya berada dalam 2 pilihan. Ia tetap melanjutkan imamatnya atau merajut kembali cinta lamanya bersama  Eufra. Lalu Alexius memutuskan untuk mencari ketenangan dengan doa Rosario, tanpa   disadari Alexius pun akhirnya tertidur.
    Saat itu juga Alexius bermimpi kalau dirinya ada di sebuah taman yang indah dan rasanya damai sangat terasa di taman itu. Tiba- tiba di taman itu Alexius melihat seorang yang mirip sekali dengan wajah ibunya. Alexius pun memberanikan untuk menghampiri wanita tersebut. “maaf  bu kalau boleh tahu ini dimana?” Tanya Alexius. Seketika itu juga wanita itu menoleh ke arah Alexius. “ibu,??” Tanya Alexius. Saat itu juga wanita itu memeluk Alexius  “Iya Alex, ini ibu. Ibu sudah tenang berada di sini. Alexius anakku, ibu sudah tahu masalah yang kamu hadapi saat ini. Ibu tahu memang ini berat untuk kamu jalani, tapi ingatlah bahwa ibu di sini selalu mendoakanmu. Alexius anakku, satu hal yang harus kamu ketahui. Ibu sudah merasa tenang berada di tempat ini. Ini semua karena kerelaan dan keikhlasan hatimu mewujudkan keinginan ibu supaya kamu bisa menjadi pastor dan akhirnya kamu pun berhasil mewujudkan keinginan ibu. Jadi Alexius anak ku, janganlah sekali-sekali kau meninggalkan jubah yang sudah kamu raih dan janji imamatmu ,hanya karena ibu sudah tidak hidup di dunia lagi. Ingatlah nak, banyak orang  merasa terpanggil menjadi seorang imam, tapi sedikit dari mereka yang terpilih.  Alexius, walaupun sekarang ibu sudah tidak bisa mendampingimu, tapi di sini ibu selalu berdoa untuk mu. Dan janganlah kau khawatir anakku, ibu selalu hidup dalam hatimu.” Kata ibu Alexius. “ ibu, maafkan Alex kalau selama ini Alex merasa cita-cita menjadi imam sia-sia sejak ibu meninggal. Ibu, Alex janji akan setia pada janji imamat itu.” Jawab Alexius. Ketika itu juga Alexius langsung terbangun dari tidurnya, dan ia baru menyadari kalau itu hanyalah mimpi. Alexius pun langsung mengambil foto ibunya dan memeluk foto itu. “Ibu, Alex janji tidak akan melupakan janji imamat itu. ” kata Alexius dalam hati sambil memeluk foto ibunya dan air matanya tiba-tiba tumpah
     Esok harinya ketika Alexius sedang menyiram tanaman, Eufra keluar rumah dengan membawa koper-kopernya. Lalu Tanya Alexius “ mau kemana fra kok pagi-pagi uda bawa koper segala? “Maaf Alex, kalau aku belum sempat cerita sama kamu. Mulai hari ini aku tidak dapat menemanimu lagi, karena aku akan pindah tugas di rumah sakit lain di luar kota.” Jelas Eufra yang sedang terburu-buru sambil menunggu taksi. “ ya uda, kamu hati-hati aja di sana. Kalau kamu sudah sampai jangan lupa beri kabar.” Kata Alexius dan tanpa di sadari ia memegang tangan Eufra sekaligus memberikan ciuman mesrah di kening Eufra. “Alex????” Tanya Eufra, Eufra pun terkejut atas apa yang diilakukan Alexius pada dirinya. Terlintas dalam pikiran Eufra ia bertanya” apakah selama ini Alexius masih mencintainya?” Alexius mulai sadar apa yang sudah ia lakukan. “eh, maaf fra aku ga sengaja...” jawab Alexius yang tiba-tiba ia menjadi salah tingkah dan wajahnya memerah. Alexius menyadari kalau dirinya saat ini sudah menjadi imam. Eufra pun masuk ke dalam taksi lalu pergi meninggalkan Alexius.
        Ketika malam harinya Alexius merasa kesepian sejak kepergian Eufra siang tadi. Terlintas dalam pikiran Alexius berniat untuk menerima tawaran Adrian. Ia pun tidak mau larut akan kenangan masa lalu bersama ibunya. Alexius pun berniat untuk menitipkan rumah itu kepada pamannya.
     Pagi harinya ketika semua barang sudah disiapkan Alexius menuju rumah pamannya. Di sana ia berpamitan dengan alasan bertugas di tempat yang baru, sekaligus memberikan rumah  peninggalan orang tuanya itu kepada pamannya. Alexius langsung menuju sebuah ke gereja. tempat dimana Adrian sahabatnya bertugas.         
     Ketika Adrian sedang sibuk di kebun belakang Gereja, tiba-tiba ia melihat mobil yang parkir di halaman gereja, dan  mobil itu tidaklah asing bagi Adrian. Dan setelah orang yang ada dalam mobil itu turun barulah ia tahu kalau orang yang ada di dalam mobil itu adalah Alexius, sahabatnya.  Melihat sahabatnya itu Adrian pun segera menghampiri sahabatnya dan memeluknya. “Alexius sahabatku, aku senang akhirnya kau kembali ke tempat ini, semoga kau betah melayani umat di sini. Tapi satu pesanku kalau kondisi umat di sini berbeda jauh dengan keadaan umat di kota, karena mayoritas umat di sini bekerja sebagai buruh dan petani. Begitu pula aku di sini melakukan pekerjaan sampingan yang sama seperti umat di sini, selain tugas utamaku sebagai imam. Dan satu hal yang membuat aku merasa bangga dan salut melayani umat di sini adalah walaupun mereka bekerja sebagai petani dan buruh yang besrpenghasilan pas-passan tapi mereka selalu berusaha maksimal dana untuk kegiatan rohani termasuk untuk membangun gereja ini semua berasal dari umat, dulunya aku juga tidak menyangka bakal membangun gereja yang indah seperti ini walaupun hanya sederhana.” Jelas Adrian yang merasa bangga . “ Adrian sahabatku, terima kasih banyak karena kau telah menerima ku sini.Oh iya Adrian, buat aku tidak masalah melayani umat di desa atau di kota menurut ku sama saja, kan sama-sama melayani di ladang Tuhan kan??”  “ oh iya Alex nanti sore jam 5 seperti biasa di gereja ini ada misa harian, jadi jangan lupa… sekaliyan aku mengenalkanmu pada umat di sini..” “ ok, makasih banyak iya Adrian, aku beruntung memiliki sahabat sepertimu, entah gimana caranya aku membalas kebaikanmu..” Alexius merasa terharu. “Alex, aku tinggal dulu iya, aku mau lanjut ke kebun lagi, kamu silahkan istirahat dulu….”  Setelah Adrian meninggalkan Alexius di kamar, ia merasa ada suasana berbeda saat ada di tempat. Dari atas kamarnya ia melihat pemandangan yang sangat luar biasa indahnya yaitu sawah yang terbentang dengan teraseringnya yang terlihat sangat rapi serta sunyi dan jauh dari kebisingan. Alexius sendiri merasa tidak puas kalau ia hanya melihat dari kamarnya,ia memutuskan untuk berjalan-jalan keluar. Ketika itu Adrian yang sedang  mengurus kebun melihat Alexius keluar dari kamar, lalu ia memanggil Alexius, “ Alex, kau tidak istirahat saja di kamar, kau kan barusan saja perjalanan dari luar kota…” “ aku merasa rasa lelah ku hilang setelah melihat pemandangan di sini yang begitu indah. Dan aku semakin penasaran dengan kehidupan umat di sini, aku pun ingin segera menyapa mereka. Tempat ini terasa telah mengembalikan kembali semangat pelayananku, yang hilang sejak kepergian ibuku..” “ sudahlah Alex jangan terlalu bersedih karena kepergian ibumu. Aku yakin ibumu sudah berbahagia di sana, apalagi melihat kau sudah siap untuk melayani umat beliau pasti senang..” hibur Adrian sambil memeluk Alexius.
        Ketika mereka berdua sedang asyik ngobrol di kebun belakang, tiba-tiba bel pintu pastoran tiba-tiba berbunyi. “ itu sepertinya ada tamu, aku tinggal ke depan dulu…” “oh, iya..” jawab Alexius yang sedang asyik melihat-lihat hasil kebun Adrian.  Ketika itu juga Alexius tidak sengaja mendengar percakapan Adrian dengan seorang perempuan, yang tak lain adalah Klara,anak dari bu Sinta yang sehari-harinya biasa mengantar makan siang ke pastoran. “ lho mo, koq tumben di pastoran ada mobil, ada tamu?” Tanya Klara yang sangat penasaran. “ sebetulnya bukan tamu sich tapi teman waktu di seminari dulu, kebetulan dia ingin tugas di sini untuk sementara waktu sambil menunggu  surat tugasnya keluar. Sebentar iya saya panggilnya dulu…” jelas Adrian sambil berjalan menuju arah kebun belakang. Ketika itu juga Adrian melihat sahabatnya sedang mengamat-amati bunga angrek yang sedang mekar. Lalu Adrian memanggil Alexius ,” Alex, aku mau mengenalkanmu pada seorang umat di sini, kebetulan dia tiap hari mengantar makana/n di gereja..” Akhirnya mereka berdua berjalan menuju arah ruang tamu. “Klara, kenalin ini Rm Alexius, dia teman saya waktu di seminari dulu. “ Klara”  “Alexius”             Mereka pun saling berkenalan dan bersalaman. Ketika itu juga tanpa disadari Klara melamun sambil memandangi wajah Alexius. “ OMG , ini pastur apa aktor korea iya???? Baru kali ini aku lihat ada pastur ganteng, mirip actor korea...” kata Klara yang merasa kagum dalam hati sambil memandangi. “ Alexius pun berusaha melepaskan tangannya dari Klara. “ oh, maaf Rm..” Klara tiba-tiba refleks dan melepaskan tangannya. “ o iya Klara hari ini ibumu membuat masakan apa?” Tanya Adrian yang  berusaha mengalihkan perhatian Klara. “ ini Rm tadi ibu masak sayur oseng-oseng daun pepaya sama tahu dan  tempe goreng. Kebetulan tadi ibu masaknya agak banyak, eh ga taunya ada Rm tamu, jadi  kebetulan banget“  jawab Klara yang sambil membuka rantang berisi makanan.  Setelah selesai menyiapkan makanan Klara pun segera berpamitan pulang “ yaudah Rm, Klara pamit pulang dulu.” Kata Klara yang tanpa disadari ia beradu pandang lagi dengan Alexius. Adrian sempat berpikir kalau Klara sedang melamun, bahkan ketika Adrian menggerakkan tangannya di depan mata Klara, matanya seakan tidak berkedip sama sekali. Alexius pun merasa ada sesuatu yang tidak wajar dengan Klara. “Klara, kamu baik-baik saja kan?” Tanya Alexius yang merasa agak aneh dengan Klara. “iya Rm, Klara baik-baik aja koq…” jawab Klara yang agak terkejut. Dirinya pun segera berlari pulang. Lalu ketika hendak berjalan pulang Klara pun berjalan dengan tersenyum sendiri. Klara merasa kalau dirinya sedang jatuh cinta pada Rm Alexius. Ketika Klara pulang Alexius pun menanyakan sikap Klara pada sahabatnya. “yan, itu tadi Klara kenapa sich koq kyaknya kelakuannya agak aneh gitu..?”Tanya Alexius yang merasa penasaran. “hehe biasalah anak muda mungkin dia naksir sama kamu, kamu kan dari dulu sejak di seminari banyak cewe yang ngefans. Lagian tampang wajahmu mirip artis korea. Lebih tepatnya kamu mirip pemain filmnya “ Love so Divine”  gitu hehe” jawab Adrian yang sedikit bercanda “hmmmm, kamu ini ada-ada saja kalo bercanda.. aku dari dulu berusaha cuek kalo ada cewe yang begituan, kalo ga gitu ntar aku malah bisa mundur ninggalin panggilan terus berpaling ke lain hati cuman gara-gara cewe. Bisa gawat ntar...” jawab Alexius yang berusaha tegas dengan komitmennya 
     Ketika sampai di rumah Klara pun segera masuk kamar dan menguncinya. Ibunya pun merasa bingung dengan sikap Klara. Di dalam kamarnya Klara pun langsung berbaring di kasur sambil tersenyum-senyum sendiri. dia merasa kalau saat ini hatinya terasa berbunga-bunga. Lalu Ibunya berusaha mengetahui apa yang terjadi pada putrinya. “ Klara sayang, buka pintunya nak..!” kata ibunya sambil mengetuk-ngetuk pintu. “ iya bu sebentar” jawab Klara yang sambil membuka pintu kamarnya. “ Klara, kamu baru sampe rumah koq langsung masuk kamar, bukan malah ngasih salam, cuci tangan-kaki dulu.” Tegur ibu. “ kamu ada apa  sich nak baru pulang ngantar makanan sepertinya kamu ngrasa seneng banget.?  Ada apa sich? Cerita dunk sama ibu..” Tanya ibunya  sambil mengelus-elus kepala Klara. Klara pun dengan penuh semangat menceritakan pengalamannya tadi. “ tadi waktu Klara nganter makanan di tempat Rm Adrian, Klara  ketemu sama temennya Rm Adrian, namanya Rm Alexius. Dia ganteng banget,pinter, ramah, n tampang-tampangnya itu lho mirip banget kayak actor korea..” jelas Klara yang begitu sangat bersemangat  “oalah jadi anak ibu ni lagi jatuh cinta sama pastur. ” jawab ibunya yang sambil bercanda. “ Cuma Klara masih ga ngerti, kenapa Rm Alexius mau jadi Rm padahal kan sayang banget. Lagian wajahnya juga ganteng gitu, iya pokoknya beda lah ga seperti Rm yang lain.” Tanya Klara yang sangat penasaran. ”nak, Tuhan itu memanggil tiap orang untuk jadi pekerjanya seperti Rm Alexius itu  Tuhan tidak pernah membedakan entah itu ganteng,cantik, jelek, pas-passanTuhan juga bisa memannggil tiap orang untuk jadi pekerjanya, termasuk Rm Alexius. Dan pesan ibu, jangan sekali-kali bertindak genit di depannya, karena itu bisa mengganggu motivasi panggilannya. Yang penting  kalo kamu memang suka sama Rm Alexius, lebih baik kamu doain saja supaya Rm Alexius tetap setia pada panggilannya. Asal kamu tahu untuk jadi seorang Rm itu tidaklah perkara mudah. Banyak laki-laki yang bercita-cita jadi Rm, tapi setelah masuk seminari beberapa tahun banyak dari mereka yang langkahnya terhenti dan akhirnya keluar. Karena menurut mereka menjadi imam bukanlah panggilan yang tepat” Jelas Ibu “ oh gitu” jawab Klara yang berusaha mengerti.
      Sore harinya Klara dan ibunya bersiap-siap ke gereja untuk misa harian. Ketika ibunya sudah selesai bersiap-siap, merasa terkejut dengan penampilan Klara yang berbeda dari biasanya. Klara yang biasanya berpenampilan tomboy, tidak suka memakai dress dan berdandan, tiba-tiba berubah dengan mengenakan dress dan berdandan seperti layaknya  gadis remaja. “eee, tumben banget ini anak ibu cantik, nah begini namanya perempuan  harus mau pake dress dan dandan. Kalo gini kan kamu cantik.” Puji ibu.
        Ketika tiba di gereja Klara yang biasanya ogah-ogahan untuk duduk di bangku deretan depan,kini tiba-tiba mengajak ibunya duduk di bangku depan. Dalam hati ia berharap bisa melihat Rm Alexius lebih dekat. Sebelum misa berlangsung Klara terlihat sangat sibuk mengurus penampilannya dengan harapan terlihat cantik di depan Rm Alexius, bahkan ibunya sudah berkali-kali menegur.                              Bahkan saat misa berlangsung semua orang berdoa dengan khidmat terkecuali Klara ia pandangannya hanya focus memperhatikan Rm Alexius. Entah mungkin apa yang ada dipikirannya saat ini, mungkin hanya memikirkan Rm Alexius.
     Ketika kotbah Adrian pun memperkenalkan Alexius pada umat yang datang “ bapak  ibu, saudara/i yang terkasih pada saat ini saya sedang kedatangan seorang teman. Beliau dulu adalah teman seperjuangan saya ketika masih sama-sama menempuh pendidikan di seminari. ia biasa dipanggil Alex, maka biar lebih akrab dengan anda sekalian, silahkan Rm Alexius memperkenalkan diri..” kata Adrian. “ baik, makasih Rm Adrian untuk waktunya. Sebelumnya saya mau memperkenalkan diri saya, kata orang jawa bilang “ tak kenal maka tak sayang” begitulah pepatah Jawa. Perkenalkan nama saya Alexius Elvin Pratama Wijaya. Orang biasa panggil saya Rm Alexius atau kalau dirasa terlalu panjang cukup dipanggil Rm Alex saja  juga gpp. Saya ditahbiskan bulan Agustus 2013. Jadi saya masih terbilang balita menjadi imam. Saya asli jogja. Saya memang sengaja memilih tugas di sini untuk sementara waktu sambil menunggu keluarnya surat penugasan dari Uskup. Sekian bapak/ibu saudara/I perkenalan tentang diri saya. Kalau ada yang ingin bertanya tentang diri saya silahkan bisa ditanyakan sewaktu selesai misa ini. Sekian dari saya terima kasih.” Ketika Alexius memperkenalkan diri banyak umat yang saling bertanya kepada orang di samping kiri-kanan mereka. Bahkan mereka sangat menyayangkan pada pilihan Alexius yang memilih menjadi Rm. Ketika itu juga Klara pun memberitahu pada ibunya, “ bu, itu lho yang namanya Rm Alexius yang tadi siang Klara ketemu. dia ganteng kan? Mirip actor korea. Tapi sayang ganteng-ganteng kok jadi Rm” jelas Klara yang dengan nada putus asa. “ huusshh, kamu ini ngomongnya kok gitu? Harusnya kamu bersyukur ada Rm yang ganteng seperti Rm Alexius. Mungkin saja Tuhan punya maksud yang tidak pernah kita tahu sebelumnya. Jadi lebih baik kamu sering-seringlah mendoakan Rm Alexius, kalau memang kamu “ sayang”  sama Rm Alexius. Supaya apa? Supaya beliau tetap setia melayani Tuhan dan umatNya. Dan bersikaplah sopan dan janganlah brusaha mencari perhatian yang berlebih pada  beliau, walaupun beliau itu imam yang tergolong baru dan tampangnya pun “cakep” ga seperti imam-imam yang lain. Yang penting ibu sudah 2 kali   menasehati kamu, dan ibu harap kamu mengerti. Karena ibu ga mau terjadi sesauatu dengan kamu,  bahkan kamu kecewa karena perasaanmu itu “bertepuk sebelah tangan” karena pasti Rm Alexius lebih memilih mempertahankan panggilannya” jelas ibu yang bersikap tegas memperingatkan Klara. Mendengar nasehat ibu hatinya Klara merasa sangat hancur dan kecewa. Ia pun berpikir kalau ibunya tidak mengerti tentang perasaannya. Air mata Klara pun tiba-tiba tumpah karena ia merasa sangat kecewa pada peringatan ibunya. Klara pun berlari keluar meninggalkan ibunya sambil menangis.
Ketika Alexius sedang sibuk melayani umat yang ingin bersalaman, tiba-tiba ia melihat Klara berlari sambil menangis. Alexius pun bertanya dalam hati apa yang terjadi pada Klara. Alexius pun mencoba menemui Klara dan meninggalkan beberapa umat yang ingin bersalaman dengannya. Alexius pun berjalan menghampiri Klara lalu duduk di sampingnya dan bertanya. “ Klara, mengapa kamu menangis di sini seorang diri? Apa yang membuatmu menangis? Klara, kalo memang kamu ada masalah ceriitalah, jangan menyimpan beban itu sendiri. Kalo kamu butuh teman curhat, saya mau kok mendengarkan curhatmu.” Hibur Alexius sambil menyodorkan sapu tangannya. Klara pun terkejut saat melihat Rm Alexius duduk di sampingnya dan mengetahui kalau dirinya menangis. “ Klara gak nangis kok Rm..” jawab Klara yang terlihat salah tingkah berbohong sambil menghapus air matanya. “kamu yakin??” Tanya Rm Alexius yang berusaha menawarkan diri.. Jawab Klara yang hanya mengangguk. Klara pun langsung pergi berlari meninggalkan Alexius. 
Suatu hari Agnes, teman sekolah Klara berkunjung ke rumahnya untuk mengajaknya untuk ikut retret OMK. Klara yang biasanya paling males ikut acara rohani mendadak menjadi sangat bersemangat. Bahkan ibunya pun merasa heran dengan niat putrinya. Dalam pikirannya, “kalau dia ikut retret pasti bisa bareng terus sama Rm Alexius beberapa hari….hehe” Pikir Klara sambil tersenyum sendiri. Para peserta retret berkumpul di aula gereja guna mengececk semua persiapan kelengkapan, termasuk para pesertanya. Ketika nama Klara disebut oleh  panitia banyak dari mereka yang merasa heran. Karena  yang mereka tahu Klara itu paling tidak suka ikut acara rohani, menurut Klara ikut acara semacam itu membosankan dan terkesan kuno karena membahas tentang dogma dan lain-lain. “ Eh Klara, tumben banget kamu ikut retret?? Uda tobat iya sekarang?? Apalagi dulu kamu pernah ngomong sendiri ikut acara rohani membosankan, ga asyik, bikin ngantuk, and kuno banget…atau kamu ikut retret cuma karena pengen kenal sama Rm Alexius hahahaha” sindir Alfons. Anak-anak yang lain juga ikut mentertawakannya. Melihat Klara diejek teman-temennya,Agnes pun mengajak Klara untuk menyingkir dan tidak memperdulikan apa kata teman-temannya itu. “ uda lah jangan terlalu dimasukin hati, mungkin mereka cuma bercanda.” Klara pun berusaha untuk tidak terlalu menggubris apa kata teman-temannya.
      Saat sesi retret dimulai Klara dan Agnes memilih bangku paling depan. Dengan maksud supaya bisa melihat Rm Alexius lebih jelas. Saat sesi pun entah apa yang ada dalam pikirannya, sepanjang sesi matanya tak pernah berhenti memandangi Rm Alexius.    
 Malam harinya adalah sesi yang paling ditunggu oleh OMK, yaitu malam kreatifitas. Dimana tiap kelompok mereka harus menunjukkan kemampuan kelompok mereka. Tiap kelompok boleh menampilkan nyanyian,tari, pantomim, stand up comedi, drama, dan lain-lain. Ketika sedang berkeliling melihat persiapan ke masing-masing kelompok. Tiba-tiba Alexius melihat Klara duduk  merenung seorang diri di luar. “apa yang kamu lakukan di sini seorang diri? Mengapa kamu tidak ikut dengan kelompokmu?  Tegur Alexius. Namun Klara hanya duduk diam dan tidak menjawab. Alexius pun segera kembali meninggalkan Klara. Tiba-tiba Klara memanggil Alexius. “Romo,Klara mau ngomong sesuatu. Tapi Klara harap Rm jangan tersinggung dengan pernyataan Klara. Jujur Romo, sejak pertama Klara ketemu sama Romo Klara ngerasa salut sama Romo. Yang bikin Klara salut adalah Romo Alexius walaupun secara fisik tampan, tapi mau mempersembahkan diri buat Tuhan. Kalo saya jadi Rm Alexius, belum tentu saya mau menjadi seperti itu. Karena saya masih terlalu memikirkan hal-hal duniawi. Romo,saya juga mau ngomong tentang perasaan saya. Saya sebetulnya ngerasa jatuh cinta sama Romo. Walaupun saya tahu hal itu sangat terlarang. Dan saya juga tahu kalo hal ini berdosa. Tapi apa boleh buat. Saya hanya manusia biasa yang tak luput dari rasa itu. Bahkan sampai ibu saya melarang saya dekat dengan Romo. Saya pun hampir tiap hari bertengkar sama ibu saya karena masalah ini. Saya juga sadar Romo, kalo Romo pasti nggak akan terlalu menjawabi tentang perasaan Klara ini. Bahkan mungkin hanya menganggap angin lalu yang lewat. “ Klara pun merasa lega setelah mengungkapkan perasaannya walaupun tanpa disadari ia juga mengeluarkan air matanya. Ia pun juga tidak tahu dari mana ia mendapat keberanian untuk mengungkapkan semua perasaannya itu. Setelah mendengarkan pengakuan Klara, entah mengapa Alexius  terdiam dan mematung. Alexius pun teringat pada kata Adrian sewaktu ia pertama kali bertemu dengan Klara. Alexius pun lalu duduk di samping Klara. Dan Alexius berkata, “klara adikku, mencintai seseorang bukanlah suatu hal yang salah dan itu sangat manusiawi. Karena Tuhan sendiri menciptakan kita untuk hidup berpasangan. Tapi ada sebagian orang yang sejak lahir mereka sudah dipanggil mengikuti jalan panggilan khusus yaitu menjadi imam, biarawan, dan biarawati. Saya pun bisa mengerti apa yang sedang kamu rasakan. Dulu sebelum saya memutuskan untuk masuk seminari, saya pernah mempunyai kekasih. Sebut saja namanya Eufrasia. Ia dulu menjadi murid paling popular di sekolah. Tidak hanya cantik tapi ia juga selalu menjadi juara kelas. Banyak dari teman-teman yang berharap bisa menjadi kekasihnya, termasuk saya. Saat itu saya belum mempunyai keberanian yang kuat untuk mengungkapkan perasaan itu, karena saya tergolong orang yang pemalu. Hingga suatu ketika saya sudah tidak bisa memendam rasa itu. Saya  pun memutuskan untuk mengungkapkan perasaan saya itu, walau hanya memiliki sedikit keberanian. Dan untungnya nasib baik masih berpihak pada saya. Eufrasia pun akhirnya mau  menjadi pacar saya. Kami berdua pun akhirnya berpacaran.” “lalu kenapa akhirnya hubungan Rm dan dia berakhir? Memangnya dia selingkuh?” kata klara yang dengan penasaran memotong pembicaraan. “Klara,saya belum selesai bicara!” kata Alexius yang merasa tersinggung pembicaraannya dipotong. “maaf Rm, silahkan dilanjutkan.” Jawab Klara yang merasa bersalah. “saat itu ibu saya sering sakit-sakitan. Hingga[up1]  suatu kali ibu saya mempunyai keinginan kalau suatu saat beliau dipanggil Tuhan sayalah yang akan memimpin upacara penguburannya. Saat itu saya merasa berat jika harus memilih antara ibu saya dan pacar saya.. akhirnya dengan berat hati saya memutuskan untuk memenuhi keinginan ibu saya dan meninggalkan Eufrasia.semula pacar saya merasa sulit menerima hal itu,tapi toh akhirnya ia pun bisa menerima dan mengikhlaskan saya masuk seminari.” Jelas Alexius yang selesai menceritakan pengalaman cinta pertamanya.  “wahh ceritanya romantis sekali. Beruntung sekali iya Eufrasia bisa merasakan pacaran dengan Rm  Alexius. Lalu apa sampai sekarang Rm sering berkontak dengan dia? Dan bagaimana dengan keadaan ibu Rm Alexius sendiri?” tanya Klara yang masih sangat penasaran. “ibu saya sudah meninggal tepat disaat saya ditahbiskan menjadi imam. Saat itu saya berpikir kalau keinginan ibu saya terwujud tepat pada waktunya. Tapi saya percaya Tuhan pasti punya rencana yang indah dibalik semua itu.” Jelas Alexius yang tanpa disadari ia meneteskan air mata. “maaf Rm, kalau pertanyaan Klara tadi jadi membuat Rm sedih dan teringat pada almarhum ibunya. “ jelas Klara yang merasa bersalah karena pertanyaannya. ‘ga apa-apa kok Klara, kamu ga salah.Hal ini memang harus membuat saya untuk bisa kuat menerima kenyataan dan mengikhlaskan kepergian beliau sehingga tidak larut dalam kesedihan. “ jelas Alexius. “tetap semangat ya Rm, Klara akan selalu mendoakan Rm. “ jawab Klara yang terlihat bersemangat.  Dan sejak percakapan antara Klara dan Rm  Alexius, mereka berdua sudah akrab seperti kakak dan adik. Dan Klara akhirnya menyadari kalau tidak selayaknya ia mencintai seorang imam, tapi cukup mengagumi dan terus mendoakannya agar tetap setia.
Sejak saat itu hubungan Alexius dengan Klara seperti kakak dan adik. Dan Klara pun dengan sukarela menawarkan diri untuk membantu Alexius, tanpa adanya motif dan tujuan lain. Dan di mata umat parokinya ia adalah sosok imam`muda yang sederhana, mau bekerja keras meningkatkan perkembangan parokinya, ramah , dan mau bergaul dengan umat siapa saja, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, terutama pembawaannya sangat menarik minat anak muda untuk bisa aktif dalam kegiatan menggereja.
 Setelah 2,5 tahun Alexius melayani paroki itu, ia mendapat tugas untuk melanjutkan studinya di Roma. Cukup berat memang Alexius meninggalkan paroki itu. Ada banyak pelajaran dan suka duka yang ia rasakan di sana, tertutama pentingnya nilai berkerja keras dan pantang menyerah saat bermisi di daerah pedalaman.
Keesokan harinya Adrian pun mengantarkan sahabatnya itu ke Bandara. Dan sebelum mereka berangkat, banyak umat yang merasa kehilangan sosok imam muda yang begitu enerjik itu. Mereka menangis kehilangan imam muda itu, dan untuk menghibur mereka Alexius berjanji suatu saat setelah ia lulus studi, ia akan datang kembali ke paroki itu. Dan dari jauh Klara melihat sekerumunan orang yang ingin bersalaman dengan Rm Alexius untuk yang terakhir kalinya. Klara  pun mengurungkan niatnya untuk ikut bersalaman dengan Rm Alexius. Dalam hati ia hanya bisa berkata,  “Rm, selamat jalan ya. Semoga Rm studinya lancar dan cepat lulus. Terima kasih untuk  semuanya.” Saat itu Klara pun meteskan air mata dan berjalan pulang ke rumah. Saat ia berjalan pulang , tiba-tiba mobil Rm Adrian yang melintas tiba-tiba berdiri di depannya. Alexius pun kemudian turun dan menghampiri Klara.  Dan saat melihat Rm Alexius ,Klara pun langsung memeluk erat Rm Alexius, dan seakan tidak mau kehilangan Rm Alexius. Melihat Klara menangis sambil memeluk Alexius, Adrian pun berusaha mencegahnya, tapi Alexius melarang Adrian melakukan itu. Setelah beberapa menit Klara merasa tenang, Alexius pun perlahan melepaskan Klara dari pelukannya sambil menghapus air matanya dan berkata, “Klara adikku, jangan bersedih karena aku tidak bertugas di sini lagi. Karena biar bagaimana pun juga masih ada Rm Adrian. Jadi pesanku jadilah bantulah Rm Adrian sama seperti yang selama ini kamu lakukan untuk aku, dan aku janji suatu saat jika aku telah menyelesaikan studiku aku akan kembali ke tempat dan melihat bahwa paroki ini telah berkembang. Kamu bisa kan , Klara adikku?” kata Alexius sambil mengeluarkan jari kelngkingnya dan membuat janji dengan Klara. Klara pun juga melingkarkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Alexius. Dan sebelum pergi Alexius memberikan kenang-kenagan pada Klara. “ dan Klara ini ada sesuatu buat kamu, ini adalah Rosario yang biasa aku pakai saat berdoa. Jadi jika suatu saat kamu merasa sedih atau gelisah berdoalah dengan Rosario ini karena Bunda Maria akan selalu menghiburmu. Klara pun akhirnya merasa sedikit lega dan tenang. Ia pun memeluk Alexius lagi. “selamat jalan romo, semoga studnya berjalan dengan lancar dan semoa cepat lulus” “kamu juga iya Klara jangan lupa belajar, berdoa dan bantun ibumu” pesan Alexius. Melihat Klara dan Alexius, Adrian pun mengajak Alexius untuk segera berangkat. “ Alex, ayo kita berangkat. Perjalanan kita menuju Bandara butuh waktu 2 Jam.” Mendengar kata Adrian Alexius pun segera meninggalkan Klara dan melanjutkan perjalanannya.
       Adrian dan Alexius pun melanjutkan perjalanan mereka menuju bandara. Sepanjang perjalanan Adrian melihat begitu sangat diam. Adrian pun tiba-tiba memperlambat laju mobilnya, dan memastikan keadaan sahabatnya baik—baik saja.  “ Alex, Alex, kamu baik-baik saja?” Tanya Adrian pada sahabatnya, tapi ternyata pikiran Alexius belum focus. “Alex..” kata Adrian sekali lagi. Seketika itu juga  pikiran Alexius pun terkejut dan pikirannya mulai tersadar. “ Sorry Adrian, tadi kamu ngomong apa?” Kata Alexius yang baru sadar pada perkataan Adrian. Adrian pun dengan sabar dan menarik nafas menjelaskan lagi pada Alexius, “ Alex, apakah kamu baik-baik saja? Soalnya dari tadi aku lihat kamu melamun terus.” Tanya Adrian. Mendengar pertanyaan Adrian, Alexius pun hanya terdiam. “kenapa Alex? Kalau memang kamu ada masalah kamu bisa cerita sama aku kan? Atau karena pertemuanmu dengan Klara tadi? Ayolah kawan sekarang waktunya kamu move on. Sekarang yang ada di depanmu, kamu focus dengan studimu. Ayolah Alex, kamu pasti bisa kok!” kata Adrian yang berusaha mensupport Alexius. “makasih ya Adrian dari dulu kamu selalu mensuport aku, terutama saat aku mengalami masalah.” “sama-sama sahabatku.“ kata Adrian sambil memeluk sahabat satu-satunya itu.
Adrian dan Alexius pun akhirnya tiba di Bandara. Untuk yang terakhir kalinya mereka pun saling berpelukan. “ Alexius sahabatku, selamat menjalankan studymu di sana, aku sebagai sahabatmu hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu. Tuhan memberkatimu selalu,sahabatku” Kata Adrian yang selalu mensuport sahabatnya itu.  Alexius pun akhirnya meninggalkan Adrian lalu masuk sambil menunggu pesawat tiba. Saat sedang menunggu pesawat, tiba-tiba saja handphonenya berbunyi. Saat ia membacanya, ternyata sms itu dari Klara. Alexius pun hanya sekedar membacanya tanpa ingin membalasnya. Benar apa kata Adrian sahabatnya, kalau ia harus focus pada studynya.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dan melelahkan, akhirnya Alexius pun tiba di kota abadi “Roma”. Alexius pun mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan suasana baru. Di sana Alexius tinggal di sebuah asrama yang juga dihuni oleh para pastor dari seluruh dunia  yang juga melanjutkan studi di Kota Abadi  “Roma”
Alexius merasa sangat bersyukur pada Tuhan, karena ia masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan studinya di Roma. Ya, kota dimana umat Katolik dari seluruh penjuru dunia ingin berkunjung ke tempat ini.
Hari-hari Alexius melanjutkan studi disibukkan dengan banyaknya tugas kuliah. Sampai-sampai Alexius dalam sehari hanya bisa beristirahat 3 jam. Hingga suatu kali Alexius membuat status di salah satu akun social medianya yang mengatakan, “Yesus, kasihanilah hambaMu.” Dan ternyata status yang dibuat Alexius itu cukup banyak menarik simpati dan support dari para kerabat dan kenalannya, ya tak terkecuali Adrian, sahabatnya. Adrian pun melalui kontak pribadinya mencoba menghubungi Alexius. “Alexius sahabatku, apa kabarmu di sana? Aku berharap kau di sana baik dan sehat adanya.Alex, maaf kalau isi pesanku mengganggumu dalam melakukan aktivitasmu. Aku selalu berdoa semoga kamu selalu sehat dan lancar dalam studimu di sana. Gbu”   dan beberapa saat kemudian Alexius pun membalas pesan singkat dari Adrian. “ Adrian sahabatku, kabarku di sini baik-baik saja. Maaf kalau selama ini aku tidak pernah memberimu kabar mengenai keadaanku. Tapi kalau boleh aku  mau bercerita sedikit mengenai keadaanku disini. Adrian, sungguh di luar dugaanku kalau aku masih diberikan kesempatan melanjutkan studiku di sini. Tapi ternyata melanjutkan studi di Kota Abadi ini kenyataannya bukanlah perkara yang mudah bagiku. Setiap hari aku disibukkan dengan banyaknya tugas kuliah yang terkadang bisa cukup membuatku harus mengorbankan waktu istirahatku, belum lagi kalau harus menyesuaikan diri dengan acara di komunitas yang kebetulan bersamaan dengan waktu ku mengerjakan tugas kuliah. Terkadang dalam sehari aku hanya bisa beristirahat dalam waktu 2 jam saja untuk menyelesaikan semua tugas kuliahku itu. Semua itu aku lakukan agar studiku di Kota Abadi ini dapat lulus dengan  cepat. ” Kata Alexius yang menceritakan pengalaman singkat pada sahabatnya.
Membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh Alexius, Adrianpun berusaha untuk mensupport sahabatnya itu dengan membalas melalui pesan pribadinya.  “Tetap semangat sahabatku, aku di sini selalu mendoakanmu. Jangan lupa beristirahat dan jagalah kesehatanmu. Tuhan memberkati.  Salam dan doa dari sahabatmu -Adrian-“
Suatu kali saat bangun pagi Alexius merasa kepalanya terasa sangat pusing dan wajahnya terlihat pucat. Bahkan rekan sekamarnya pun menyarankannya untuk tetap berisirahat di asrama, tetapi Alexius menolaknya. Karena ia merasa masih ada tanggung jawab mengumpulkan tugas-tugas kuliahnya yang harus ia kumpulkan hari itu juga. Ketika ia sedang menuruni tangga tiba-tiba sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi. Akhirnya Alexiuspun terjatuh dari tangga dan tak sadarkan diri. Kemudian rekan sekomunitas membawanya ke rumah sakit.  menurut pemeriksaan dokter Alexius dalam keadaan koma dan menderita penyakit radang otak. Rekan-rekan sekomunitas begitu sangat menyayangkan kondisi Alexius. Alexius yang dikenal rekan sekomunitasnya sebagai orang selalu ramah dan suka bekerja keras, ternyata ia pandai menyembunyikan mengenai kondisinya.
   Setelah seminggu dirawat di rumah sakit Alexius pun tak kunjung sadar dari kondisinya yang koma. Yang ada malah dokter memvonis kondisi Alexius semakin menurun dan hidupnya tidak akan bertahan lama. Mendengar apa  yang dikatakan dokter itu maka salah seorang rekan imam Alexius, Alfons yang secara diam-diam membertahukan kabar mengenai kondisi Alexius kepada Adrian sahabat. Kebetulan Alfons adalah teman seangkatan Alexius dan Adrian, tapi mereka berbeda komunitas . yang kebetulan Alfons juga mendapat tugas studi lanjut di Roma .  
Membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh Alfons, Adrian merasa sangat terkejut. Ia tidak menyangka kalau selama ini sahabat menyimpan rahasia tentang kondisi yang sebenarnya ia alami. Dan setelah mengetahui kondisi Alexius, Adrian berjanji untuk menyiapkan mentalnya dan tidak akan memberitahukan hal ini kepada siapapun.   
Di rumah sakit ternyata Alfons setia menemani sahabatnya itu, bahkan saat dokter menceritakan kondisi Alexius ia langsung memberikan Sakramen Perminyakan dan Bekal Suci. Ketika malam hari saat Alfons menunggui Alexius  ia melihat monitor yang ada di samping Alexius berubah tanda menjadi datar. Alfons yang melihat itu akhirnya menjadi panik dan segera memanggil dokter. Setelah beberapa menit melakukan tindakan, Akhirnya  dokter mengatakan kalau Alexius telah tiada.






  




.   




  




 




          


 





 




  










             




     




  




      














              








.   

                                                                                              




              





     













Tidak ada komentar:

Posting Komentar